Keren, UKM di Karanganyar Ini Suplai Sparepart ke Sejumlah Perusahaan Besar
KARANGANYAR, iNews.id – Sebuah usaha Kecil menengah (UKM) yang bergerak di bidang manufaktur mampu bertahan di tengah himpitan pandemi Covid-19. UKM yang berlokasi di Selokaton, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar tersebut, bahkan menjadi penyuplai sparepart ke sejumlah perusahaan besar.
Suplai sparepart antara lain ke perusahaan kereta api PT INKA Madiun, perusahaan pembuatan lemari di Surabaya, dan YPTI Yogyakarta untuk sparepart otomotif.
“Yang dikirim ke INKA Madiun macam-macam, seperti gearbox, tapi kebanyakan kecil-kecil (sparepart) karena mesin kami juga baru yang kecil,” kata pemilik PT Sinergi Solo Sejahtera, Sutarmin, Kamis (14/4/2022).
Suplai ke INKA telah dimulai sejak tahun 2019 lalu. Namun diakui, sejak pandemi Covid-19 pesanan sedikit mengalami penurunan. Meski demikian, secara usaha yang dijalankan tetap seperti biasa.
Dalam keseharian, UKM ini melayani jasa pengerjaan di bidang manufaktur, seperti membuat mold lemari plastik, mold bola plastik, mold sendok, dan mold jeriken.
“Selama tiga bulan terakhir, kami melakukan penjajakan dengan PT Semen Indonesia untuk menyuplai beberapa kebutuhan sparepart. Mohon doanya semua agar mendapat job order,” katanya.
Perkembangan usaha yang dijalankan tak lepas dari peran Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) yang memberikan beragam pembinaan sejak tahun 2019.
“Kami mengikuti berbagai program pelatihan dan pendampingan, yaitu manajemen, produksi, keuangan dan pemasaran. Kami juga dijembatani untuk mengajukan KUR (kredit usaha rakyat) perbankan pada program fasilitas pembiayaan,” ucapnya.
Sejak tahun 2019, pihaknya juga diperkenalkan dengan YPTI selaku ayah angkat dan sampai sekarang masih diberi order.
Setelah mendapat pembinaan dari YDBA, pihaknya juga masuk komunitas yang semula baru tujuh UKM dan kini berkembang menjadi 13 UKM. Dalam komunitas saling mengisi dan memberi bantuan, serta support pekerjaan.
Sejak mendapat pendampingan, terdapat peningkatan usaha, mulai dari kemudahan mencari barang, hingga pengguna jasa dari luar. Sementara sebelum ada pendampingan, pengguna jasa baru sebatas lokal dari Solo saja.
Pihaknya kini telah memiliki 12 karyawan dari semula 4 orang. Mesin yang semula baru satu, kini telah bertambah menjadi lima. Selama tiga tahun pendampingan, perkembangan yang paling dirasakan adalah pendapatan usaha.

“Sebelum pembinaan kami baru dua mesin, omzetnya baru Rp150 juta per bulan. Setelah ada pembinaan, kami mulai menambah mesin dan omzet sekarang sekitar Rp300 juta,” ucapnya.
Ketua Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) Sigit P Kumala mengatakan, pihaknya akan melakukan pembinaan sampai ke level mandiri. Selain pembinaan, pihaknya juga mencarikan pasar untuk UKM yang dibina.
Dia mencontohkan, dirinya telah dihubungi Semen Indonesia Group yang meminta YDBA agar mempersiapkan rantai pasok. Dengan demikian, Semen Indonesia Group tidak setiap kali beli barang harus dari luar negeri. “Harapannya bisa beli dari lokal,” kata Sigit P Kumala.
Dikatakannya, terdapat 48 usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di Soloraya yang menjadi binaan YDBA, dan 50 persen di antaranya berada di sektor manufaktur, 23 persen di bidang hidroponik atau pertanian dan sisanya kerajinan. Pihaknya fokus di empat sektor, tidak hanya di bidang manufaktur, tetapi juga di sektor pertanian dan perkebunan, kuliner dan kerajinan.
“Di sektor kuliner dan pertanian, kami diminta pemerintah untuk membantu, terutama dalam ketahanan pangan,” katanya.
YDBA mengkolaborasikan empat sektor tersebut, seperti sektor manufaktur bisa membuat mesin untuk mendukung sektor pertanian atau kuliner. Dicontohkannya, di Tegal bisa membuat mesin kopi yang mendukung sektor kuliner.
Sementara, UKM binaan di Solo bisa mendukung UKM yang ada di Banyumas yang membuat pisau. Sedangkan mold-nya dibuat UKM di Solo. Pisau selanjutnya dikolaborasikan dengan asosiasi chef Indonesia. “Nanti akan kami perkenalkan dengan sekolah perhotelan agar kolaborasi lebih luas,” ucapnya.
Sesuai pesan Menteri Koperasi dan UKM, lanjutnya, industri UKM harus bangkit. Tidak hanya memenuhi industri, namun didorong menjadi pemain di level internasional. Tentunya tidak hanya fokus dari home idustri, tetapi pihaknya menginginkan menjadi industri kecil yang menggunakan SOP seperti industri.
Dengan demikian, dapat memenuhi standarisasi yang diminta. Terdapat empat kementerian yang bekerja sama dengan YDBA, antara lain Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi dan UKM, dan Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal.
Sebab YDBA telah masuk sampai ke pelosok-pelosok guna membantu masyarakat UKM. Tahun lalu, pihaknya sudah masuk ke Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) guna membantu UKM di sana, khususnya untuk pertanian vanila, kacang mete dan budi daya kepiting.
Dua bulan lalu, pihaknya juga telah diminta Kementerian Keuangan untuk kolaborasi dengan Bea Cukai, Dirjend Pajak guna mengembangkan UMKM.
Dalam mendidik UMKM, hal yang diperhatikan adalah kesiapan mental, kedisiplinan, dan konsistensi. Ketika dilepaskan menjadi mandiri, mereka sudah siap menghadapi situasi kompetisi.
“Untuk pembinaan sampai mandiri tergantung sektornya, sektor otomotif yang paling lama bisa sampai 5 tahun. Sedangkan sektor kuliner dan kerajinan 2-3 tahun,” ujarnya.
Editor: Ary Wahyu Wibowo