Ketika Pemuda Suku Anak Dalam Berbagi Kisah di Hadapan Ratusan Siswa SMKN Jateng
SEMARANG, iNews.id – Mt. Pauzan (24) pemuda dari keluarga Orang Rimba alias Suku Anak Dalam di Jambi berbagi kisah di depan ratusan siswa SMK Negeri Jateng di Semarang, Rabu (13/2/2023). Pauzan berbagi kisah melalui kegiatan pemutaran film dan diskusi di sana.
Kisah Mt. Pauzan diceritakan dalam film dokumenter oleh Kreasi Prasasti Perdamaian (KPP) berjudul Pulang Rimba. Para siswa di sana, termasuk guru-guru, menonton film terlebih dahulu sebelum digelar diskusi tanya jawab.
“Jadi ada anggapan dari orang tua (Orang Rimba) kalau sekolah itu artinya meninggalkan orang tua, karena pergi jauh merantau. Jadi takut nanti gara-gara pendidikan nanti nggak pulang-pulang (tidak kembali ke komunitas Suku Anak Dalam),” ungkap Pauzan.
Pauzan saat ini tinggal di Desa Air Panas, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Lokasi itu ditempuh hingga 7 jam perjalanan mobil dari Kota Jambi, ditambah 2 jam perjalanan sepeda motor.
Rata-rata anak seusia Pauzan, sudah menikah dan punya anak. Adik Pauzan bernama Asropi (18) sudah menikah dan sudah punya satu anak. Mayoritas pemuda di sana, bekerja di hutan atau di kebun.
Tradisi melangun, kata dia, masih dilakukan anggota suku Anak Dalam, yakni berpindah dari satu hutan ke hutan lain untuk mencari sumber penghidupan, entah itu dari tumbuh-tumbuhan atau berburu hewan liar.
“Tapi sekarang sudah tidak terlalu banyak, karena hutan juga sudah mulai habis, jadi mau berpindah ke mana?,” ujar mahasiswa semester V Jurusan Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor.
Berangkat dari berbagai dinamika yang terjadi di Orang Rimba itu, Pauzan akhirnya memutuskan untuk bersekolah hingga pendidikan tinggi. Meskipun sempat hampir 3 tahun berhenti sekolah saat duduk di kelas 3 SMP, dia melanjutkannya hingga lulus dari SMP 23 Merangin. Pauzan melanjutkan SMK Perkebunan MM 52 Yogyakarta.
Bersekolah hingga jenjang pendidikan tinggi merupakan hal yang istimewa bagi Orang Rimba. Sebab, data teranyar dari dinas sosial setempat, hingga Juli 2022 dari sekira 4000 Orang Rimba, hanya 117 yang bersekolah dan 4 di antaranya yang berkuliah. Jika lulus kuliah nanti, Pauzan akan jadi generasi pertama Orang Rimba yang menyandang gelar sarjana.
“Nanti setelah lulus akan pulang, mengembangkan pertanian di kampung,” ungkap Pauzan sembari memberi motivasi ratusan anak SMK N Jateng di Semarang itu untuk terus giat bersekolah.
Sutradara film Pulang Rimba, Rahmat Triguna, mengemukakan proses pembuatan film itu dilakukan tahun 2022, mulai bulan September hingga Desember. Film ini adalah sekuel pertama, rencananya akan dibuat sekuel selanjutnya dengan mengangkat kisah Orang Rimba lainnya.
“Kami selalu dengan pendekatan empati kepada para tokoh yang kami filmkan, kami menyebutnya credible voice. Mereka ini punya suara yang kredibel,” kata Mamato.
Film-film dokumenter lainnya karya KPP, sebut Mamato, mengangkat aneka fenomena. Mulai dari Pandemi Covid-19, LGBT hingga isu radikalisme terorisme. Film, disebutnya, sebagai media yang mudah untuk menyajikan suatu fenomena dan kemudian dibahas dengan diskusi bersama.
Wakil Kepala SMKN Jateng Bidang Humas dan Kerjasama, Heri Purnomo mengatakan, sekolah ini bermodel boarding asrama, para siswanya dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Sekolah ini sejak ada sejak tahun 2014 dan terus berkembang.
Sekarang ada di SMKN Jateng di Pati dan SMKN Jateng di Purbalingga, itu yang boarding. Selain itu ada pula di 15 lokasi lain yang semi boarding. Terobosan di dunia pendidikan seperti ini, dilakukan untuk tetap memberikan kesempatan mereka yang berkekurangan untuk mengakses dunia pendidikan.
Editor: Ahmad Antoni