Kisah Haru Ratna Maya Bocah Penderita Kelainan Kulit asal Rembang

REMBANG, iNews.id – Kisah perjuangan bocah perempuan asal Rembang untuk bertahan dari rasa sakit akibat kelainan kulit sungguh membuat hati teriris. Derita itu dialami Ratna Maya (5) putri bungsu dari tiga bersaudara pasangan Eko Mustofa dan Sri Rahayu.
Sri Rahayu dan Eko Mustofa yang merupakan warga Desa Weton, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, kini tinggal di Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, karena sedang mengadu nasib bekerja di Ibu Kota.
Ratna Maya sejak lahir mengalami kelainan pigmen kulit. Sebagian kulitnya putih, namun sebagian lainnya berwarna hitam seperti melepuh.
Di bagian punggung, bahkan semua sudah menghitam dan muncul benjolan di pundak sisi kiri yang harus dioperasi pada bulan Maret lalu.
Kondisinya semakin parah, karena terdapat luka di punggung. Tiap tiga hari sekali mesti dibalut perban steril. Sekali ganti perban, rata-rata membutuhkan biaya Rp300.000.
Derita itu semakin bertambah lantaran Ratna tak bisa berobat ke rumah sakit karena kondisi di Jakarta saat ini masih diberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Apalagi ruang anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, sekarang beralih fungsi menjadi ruang isolasi pasien anak yang terpapar Covid-19.
Dia terpaksa meminta bantuan rekannya yang berprofesi sebagai perawat untuk rutin mengganti perban.
“Biasanya dikasih madu dulu, kemudian baru diperban,” kata ibunda Ratna, Sri Rahayu (34) melalui pesan WhatsApp, Minggu (4/10/2020).
Dia menuturkan, ketika kulit berkeringat dan memicu rasa gatal, saat itulah Ratna mulai kesakitan. Untuk tidur pun susah. Tak heran, bocah ini setiap saat selalu berdekatan dengan kipas angin, sekadar mengurangi rasa sakit.
“Dik Ratna belum sekolah, karena kondisi kesehatannya seperti itu. Tapi hasrat ingin bersekolah sangat tinggi, ia sering tanya sama saya kapan disekolahkan,” katanya.
Sri mengaku tiga hari sekali mengeluarkan biaya Rp300.000 untuk biaya penggantian perban anaknya.
Menurut Sri, uang tersbeut bukanlah urusan mudah bagi keluarganya. Apalagi, di dan suami hanya bekerja sebagai pegawai honorer di panti anak, dengan gaji pas-pasan untuk menyambung hidup sehari-hari.
“Terpaksa gali lubang tutup lubang tiap bulan. Semua demi kesembuhan anak saya,” ucap Sri lirih.
Meski cukup berat melewati masa-masa sulit ini, Sri dan suami tak menyerah. Memang kadang kala rasa sedih menggelayuti, melihat sang buah hati tak bisa bebas bergerak, makanan pun banyak pantangan yang harus dihindari.
Sebagai ibu, Sri sering menangis. Namun ia lebih memilih menyendiri di dalam kamar, supaya anak-anaknya tidak tahu.
“Kalau saya di depan anak-anak, harus tetap tampil happy, biar mereka juga semangat. Mbah-mbahnya dari Weton, Rembang juga ke sini ikut bantu nunggui,” ungkapnya.
Karena ikut merasakan penderitaan Ratna Maya dan keluarga, ada seorang rekannya, sama-sama berasal dari Kabupaten Rembang yang berinisiatif menggalang dana, untuk biaya pengobatan Ratna.
Dia memohon kepada kaum dermawan yang ingin membantu, bisa menyalurkan donasinya ke nomor rekening Bank Mandiri 1150007312921 atas nama Winanto.
Paling tidak bantuan tersebut dapat meringankan perjuangan Ratna bertahan hidup dari kelainan pigmen kulit.
Editor: Kastolani Marzuki