Kisah Misteri Masjid Tiban Peninggalan Sunan Kalijaga, 2 Kali Berpindah Tempat secara Gaib
GROBOGAN, iNews.id - Masjid Tiban yang berada di Desa Terkesi, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan ini sekilas terlihat biasa saja. Namun tempat dan bangunan masjid ini banyak mengandung sejarah dan misteri yang belum terpecahkan hingga saat ini.
Masjid ini muncul pada zaman Kerajaan Demak masa kepemimpinan Raden Patah. Masjid Tiban merupakan masjid peninggalan Sunan Kalijaga ketika bersama para santri mencari kayu jati besar di lokasi hutan terkesi ini untuk pembangunan Masjid Agung Demak.
Masjid Tiban sengaja dibangun di tengah hutan kosambi oleh Sunan Kalijaga beserta santri untuk melaksanakan ibadah sholat selama proses pencarian kayu jati selesai.
Kiai Alif Yauma, Nadzir Masjid Tiban Terkesi menjelaskan bahwa setelah Masjid Tiban ditinggalkan oleh Sunan Kalijaga karena tugas sudah selesai, masjid menjadi tidak berpenghuni dan tidak digunakan lagi.
“Sehingga masjid tiba-tiba menghilang dan berpindah tempat yang berjarak dua kilometer dengan lokasi awal,” katanya, Minggu (26/3/2023).
“Di lokasi kedua ini masjid juga sepi dan tidak digunakan masyarakat sekitar untuk beribadah,” ujar Kiai Alif Yauma.
Keunikan dan keanehan kembali terjadi di mana Masjid Tiban berpindah tempat untuk kedua kalinya dan lokasinya berada di bawahnya saja yang hanya berjarak kurang lebih 300 meter.
Warga yang saat itu tinggal di sekitar masjid dikagetkan dengan kemunculan masjid tersebut. Hingga akhirnya masjid mulai ramai digunakan warga untuk melaksanakan ibadah.
Saat yang bersamaan kemunculan masjid, muncul juga sumber mata air yang besar dan jerih di samping masjid yang digunakan untuk berwudlu. Hingga kini sumber mata air ini tidak pernah kering sepanjang tahun dan dimanfaatkan warga sekitar.
Menurut pengurus Masjid Tiban, lokasi kedua di mana Masjid Tiban berpindah kini menjadi sebuah kunden atau tempat makam ulama setempat.
Peninggalan Wali Songo yang masih terjaga hingga saat ini adalah gapura masuk masjid, belik atau sumber air di sekitar masjid dan mustoko berwarna kuning yang menjadi ciri khas Masjid Demak masih menancap atas masjid.
Masjid tiban sudah mengalami renovasi sebanyak tiga kali karena seluruh kayu dan bangunan masjid sudah lapuk dan dikhawatirkan roboh. Kayu bekas bangunan masjid tiban tersebut kini tersimpan di atap masjid.
Warga mengaku tidak berani untuk mengambil atau melihat kayu tersebut karena ada hal misterius atau keanehan yang terjadi jika kayu tersebut dipindahkan dari atap masjid.
“Kami selalu memanfaatkan masjid tiban ini untuk beribadah, membaca Alquran dan mengkaji kitab kuning setiap hari bersama warga dan para sesepuh desa,” kata Nur Yasin, warga Terkesi.
Bahkan dalam keseharian masjid tidak pernah kosong dengan kegiatan di bulan suci Ramadhan ini. kegiatan masjid menjadi semakin padat dengan berbagai macam kegiatan keagamaan mulai dari bada zuhur hingga subuh.
“Khusus untuk bulan Ramadhan, warga dari luar Desa Terkesi diperbolehkan untuk ikut mengaji bersama di Masjid Tiban,” ujarnya.
Editor: Ahmad Antoni