Kisah Nabi Harun AS Singkat dan Lengkap
Ketika ia bersua dengan Harun, Harun berkata kepadanya, "Hai Samiri, mengapa engkau tidak melemparkan apa yang ada di tanganmu itu?" Samiri menggenggam erat tanah tersebut tanpa ada seorang pun yang mengetahuinya selama itu, hanya Harunlah yang melihatnya.
Samiri menjawab, "Ini adalah segenggam tanah bekas jejak rasul (Jibril) yang membimbing kalian melewati laut itu. Aku tidak akan melemparkannya walau bagaimanapun, kecuali jika engkau berdoa kepada Allah bahwa jika barang ini kulemparkan ke dalam api itu Dia akan menjadikannya sesuatu menurut apa yang kukehendaki." Harun menyetujuinya. Maka Samiri melemparkan tanah bekas jejak rasul itu ke dalam api dan Harun berdoa memohon kepada Allah.
Samiri berkata, "Saya menginginkan agar ia menjadi anak lembu." Maka terhimpunlah semua barang dan perhiasan yang ada di dalam galian itu, baik yang berupa emas, tembaga, atau pun besi;, lalu membentuk menjadi seekor anak lembu yang berongga, tetapi tanpa roh dan hanya ada suaranya saja.
Maka kaum Bani Israil berpecah-belah menjadi banyak golongan. Segolongan di antara mereka mengatakan, "Hai Samiri, apakah ini?" Kamu lebih mengetahui tentangnya." Samiri menjawab, "Ini adalah tuhan kalian, tetapi Musa sesat jalan." Sebagian dari mereka mengatakan, "Kami tidak mau mendustakan ini hingga Musa kembali kepada kita. Jika patung anak lembu ini benar-benar tuhan kita, tentu kita tidak akan menyia-nyiakannya dan kita tidak dapat berbuat apa-apa lagi terhadapnya. Dan jika patung lembu ini bukan tuhan kita, maka kita mengikuti Musa."
Musa menarik kepala (jenggot) saudaranya (Harun) mendekat ke dirinya dan membanting luh-luh-nya. karena marah. Tetapi pada akhirnya Musa memaafkan saudaranya karena saudaranya mengemukakan alasan yang benar, lalu Musa memohonkan ampun buat saudaranya.
Sesudah itu Musa pergi menemui Samiri dan berkata kepadanya, "Apakah yang mendorongmu berbuat demikian?" Samiri menjawab, "Saya memungut segenggam tanah dari bekas telapak utusan Allah (Jibril), dan saya mengetahui hikmahnya, tetapi saya sembunyikan dari kalian.
lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku.” Berkata Musa, "Pergilah kamu. maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan, Janganlah menyentuh (aku).
Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan).” (Thaha: 96-97)
Seandainya dia benar-benar tuhan, tentulah nasibnya tidak akan demikian. Akhirnya kaum Bani Israil sadar bahwa diri mereka tertimpa fitnah, dan mereka iri kepada orang-orang yang sependapat dengan Harun.
Editor: Kastolani Marzuki