Kumpulan Contoh Tembang Macapat, Puisi Klasik Kesusastraan Jawa

JAKARTA, iNews.id – Contoh tembang macapat ada banyak. Tembang macapat adalah seni atau budaya Jawa yang terkenal untuk menyampaikan pesan.

Biasanya tembang macapat diperdengarkan dalam berbagai acara kesenian, seperti karawitan, wayang, dan lain sebagainya. Tembang macapat dipelajari oleh anak sekolah sebagai salah satu materi bahasa Jawa.

Baca Juga

Pencopotan Baliho Ganjar Pranowo Petugas Partai, Ini Respons Ketua DPC PDIP Solo

Setiap tembang memiliki makna dan watak yang berbeda, seperti kesedihan, kegembiraan, atau amarah. Apa saja jenis tembang macapat dan bagaimana contohnya?

Pengertian Tembang Macapat

Baca Juga

Puluhan Siswa TK dan SD Ikuti Festival Dalang Bocah di Boyolali

Kesusastraan Jawa menggolongkan tiga jenis tembang, yakni tembang cilik atau macapat, tembang tengahan, dan tembang gedhe atau kawi.

Melansir dari bacaan Macapat, Tembang Jawa Indah dan Kaya Makna (2008) oleh Zahra Haidar, tembang adalah syair, gubahan, kidung, atau nyanyian. Macapat adalah puisi tradisional Jawa yang disusun dengan aturan tertentu.

Baca Juga

Lezatnya Kuliner Ayam Bakar Madu di Banjarnegara, Enaknya Meresap Hingga Tulang

Melansir dari jurnal Fungsi Sosial Kemasyarakatan Tembang Macapat oleh Puji Santosa, ada pendapat lain yang mengatakan macapat berasal dari kata ma dan cepat. Maknanya, macapat dibaca cepat dan tidak banyak cengkok.

Baca Juga

Hujan Lebat di Purworejo, Bencana Longsor Landa Sejumlah Desa

Padmosoekotjo (1960:18) menjelaskan tembang macapat merupakan jenis puisi klasik dalam kesusastraan Jawa berupa guru gatra (jumlah larik), guru wilangan (jumlah suku kata), dan guru lagu (bunyi suku kata) pada larik. Macapat dipercaya telah ada sejak abad XVI Masehi.

Aturan Tembang Macapat

Baca Juga

Presiden Jokowi Dijadwalkan Buka Muktamar Muhammadiyah di Stadion Manahan Solo

Ada tiga aturan wajib dalam menyusun tembang macapat, yakni guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu. Penjelasannya sebagai berikut.

1. Guru Gatra adalah jumlah baris (larik) dalam satu bait.

2. Guru Wilangan adalah banyak suku kata (wanda) dalam setiap baris.

3. Guru Lagu adalah bunyi suku kata pada akhir kata setiap bait.

Jenis dan Contoh Tembang Macapat

Ada sebelas jenis tembang macapat yang memiliki watak berbeda. sebelas tembang ini menggambarkan kehidupan manusia sejak lahir, anak-anak, dewasa, hingga meninggal dunia. Berikut jenis dan contoh tembang macapat.

1. Maskumambang

Berasal dari dua kata, yaitu mas dan kumambang. Menceritakan tentang awal kehidupan manusia saat masih berada di dalam kandungan. Maskumambang bermakna nasihat agar seorang anak berbakti kepada orang tua.

Susunan:

Guru gatra: 4

Guru wilangan: 12, 6, 8, 8

Guru lagu: i, a, i, a

Contoh 1:

Dhuh anak mas sira wajib angurmati,

marang yayah rena,

aja pisan kumawani,

anyenyamah gawe susah

Contoh 2:

Badan iki sapa ingkang durung ngerti,

yen tansah pun bekta,

ing salaminipun urip,

apauwis den gatekna

Contoh 3:

Kelek-kelek biyung sira aneng ngendi,

enggal tulungana,

awakku kecemplung warih,

gulagepan wus meh pejah.

2. Mijil

Menceritakan keprihatinan, belas kasih, cinta, dan pengharapan. Mijil berasal dari kata wijil artinya keluar. Maknanya adalah anak manusia yang telah terlahir ke dunia dan membutuhkan kasih sayang.

Susunan:

Guru gatra: 6

Guru wilangan: 10, 6, 10, 10, 6, 6

Guru lagu: i, a, e, i, i, u

Contoh 1:

Dedalane guna lawan sekti,

kudu andhap asor,

wani ngalah dhuwur wekasane,

tumungkula yen dipundukani,

bapang den simpangi,

ana catur mungkur

Contoh 2:

Poma kaki padha dipuneling,

ing pitutur ingong,

sira uga satriya arane,

kudu anteng jatmika ing budi,

ruruh sarta wasis,

samubarangipun.

3. Sinom

Sinom artinya daun muda atau isih enom (masih muda). Menceritakan masa muda yang indah dan penuh pengharapan.

Susunan:

Guru gatra: 9

Guru wilangan: 8, 8, 8, 8, 7,8, 7, 8, 12

Guru lagu: a, i, a, i, i, u, a, i,a

Contoh:

Saben mendra saking wisma,

lelana laladan sepi,

ngisep sepuhing sopana,

mrih pana pranaweng kapti,

tis-tising tyas marsudi,

mardawaning budya tulus,

mesu reh kasudarman,

neng tepining jalanidhi,

sruning brata kataman wahya dyatmika

4. Kinanti

Berasal dari kata kanthi atau tuntun yang artinya bimbingan atau tuntunan. Menceritakan seorang anak yang butuh tuntunan ke jalan yang benar agar bahagia dan selamat hidupnya.

Susunan:

Guru gatra: 6

Guru wilangan: 8, 8, 8, 8, 8, 8

Guru lagu: u, i,a, i,a, i

Contoh 1:

Budak leutik bisa ngapung,

babaku ngapungna peuting,

ngalayang kakalayangan,

neangan nu amis-amis,

sarupaning bungbuahan,

naon bae nu kapanggih

Contoh 2:

Mangka kanthining tumuwuh,

salami mung awas eling,

eling lukitaning alam,

dadi wiryaning dumadi,

supadi nir ing sangsaya,

yeku pangreksaning urip

5. Asmarandana

Berasal dari kata asmara yang artinya asmara dan dahana yang artinya api. Jadi, asmarandana bermakna api asmara sepasang manusia.

Susunan:

Guru gatra: 7

Guru wilangan: 8, 8, 8, 8, 8, 8, 8

Guru lagu: i, a,e, a, a,u, a

Contoh:

Gegaraning wong akrami,

dudu bandha dudu rupa,

amung ati pawitané,

luput pisan kena pisan

yen ta gampang luwih gampang,

yen angèl angèl kalangkung,

tan kena tinumbas arta.

6. Gambuh

Berasal dari kata gambuh yang artinya cocok atau jodoh. Menceritakan manusia yang telah bertemu jodohnya dan mulai mengarungi pernikahan.

Susunan:

Guru gatra: 4

Guru wilangan: 7, 10, 12, 8, 8

Guru lagu: u, u, i, u, o

Contoh:

Aja nganti kabanjur,

barang polah ingkang nora jujur,

yen kebanjur sayekti kojur tan becik,

becik ngupayaa iku,

pitutur ingkang sayektos.

7. Dhandhanggula

Berasal dari kata dhang-dhang yang artinya mengharapkan. Makna dhandhanggula adalah mengharapkan sesuatu yang indah setelah melalui perjuangan yang sulit. Guru gatra dhandhanggula paling banyak di antara tembang lainnya.

Susunan:

Guru gatra: 10

Guru wilangan: 10, 10, 8, 7, 9, 8, 6, 8, 12, 7

Guru lagu: i, a, e,u, i, a,u, a, i, a

Contoh:

Nanging yen sira ngguguru kaki,

amiliha manungsa kang nyata,

ingkang becik martabate,

sarta kang wruh ing kukum,

kang ngibadah lan kang ngirangi,

sukur oleh wong tapa,

ingkang wus amungkul,

tan mikir pawewehing liyan,

iku pantes sira guronana kaki,

sartane kawruhana

8. Durma

Menggambarkan sifat amarah, berontak, sombong, angkuh, atau serakah.

Susunan:

Guru gatra: 7

Guru wilangan: 12, 7, 6,7, 8, 5,7

Guru lagu: a, i, a, a, i, a, i

Contoh:

Dipunsami hambanting sariranira,

cecegah dhahar guling,

darapon sudaa,

napsu kang ngambra-ambra,

rerema hing tyasireki,

dadi sabarang,

karsanira lestari

9. Pangkur

Memiliki sama arti dengan mungkur atau undur diri. Menceritakan manusia yang beranjak tua dan sudah tidak sekuat usia muda.

Susunan:

Guru gatra: 7

Guru wilangan: 8, 11,8, 7,12, 8, 8

Guru lagu: a, i,u, a,u, a, i

Contoh:

Si pengung nora nglegewa,

sangsayarda denira cacariwis,

ngandhar-andhar angendukur,

kandhane nora kaprah,

saya elok alangka longkangipun,

si wasis waskitha ngalah,

ngalingi marang si pingging.

10. Megatruh

Berasal dari kata megat dan ruh. Tembang megatruh diartikan sebagai kematian manusia. Segala rasa kesedihan dan penyesalan tertuang dalam tembang ini.

Susunan:

Guru gatra: 5

Guru wilangan: 12, 8, 8, 8, 8

Guru lagu: u, i, u, i, o

Contoh:

Kabeh iku mung manungsa kang pinujul,

marga duwe lahir batin,

jroning urip iku mau,

isi ati klawan budi,

iku pirantine uwong.

11. Pucung

Bermakna manusia yang sudah di alam kubur dan siap menghadapi Sang Pencipta untuk mempertanggungjawabkan amal selama di dunia.