get app
inews
Aa Text
Read Next : 5 Kuliner Malam Solo Legendaris yang Murah dan Patut Dicoba!

Mengintip Tradisi Pembagian Bubur Samin di Masjid Darussalam Solo

Jumat, 08 April 2022 - 19:20:00 WIB
Mengintip Tradisi Pembagian Bubur Samin di Masjid Darussalam Solo
Pembagian bubur samin Banjar kepada warga di halaman Masjid Darussalam, Solo. (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

SOLO, iNews.id - Tradisi pembagian bubur samin kembali digelar di Masjid Darussalam, Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Kota Solo pada Ramadan 2022. Tradisi ini sempat dihentikan selama dua tahun karena pandemi Covid-19.

"Akhirnya saat ini kembali kami adakan, namun untuk antrean tetap dengan protokol kesehatan," kata Nurcholis, ketua panitia pembagian bubur samin di Masjid Darussalam, Jumat (8/4/2022). 

Nurcholis mengatakan, dalam satu hari panitia bisa membagikan sampai ratusan porsi bubur samin kepada warga yang hendak berbuka puasa bersama di Masjid Darussalam maupun warga yang ingin membawa pulang bubur samin untuk dimakan di rumah.

"Insya Allah menyehatkan. Ada daging, sayur, minyak, karbohidrat, disajikan hangat dan mengenyangkan," katanya.

"Kami terbuka terhadap siapa saja (yang ingin mendapat bubur samin), banyak juga warga nonmuslim yang suka," ucapnya.

Nurcholis mengatakan, bubur samin merupakan perpaduan aneka bahan makanan dan rempah yang sehat dan lezat. Bubur samin dibuat dari beras, rempah-rempah, macam-macam sayuran, daging, dan minyak samin.

"Berbagai macam sayur, daging sapi, dan tetelan. Semuanya diaduk," kata Nurcholis.

Semua bahan untuk pembuatan bubur direbus bersama air dan diaduk selama kurang lebih dua jam. Proses pembuatan bubur samin dalam jumlah banyak membutuhkan tenaga dari beberapa pria dewasa karena adonan bubur harus terus diaduk agar tidak sampai mengendap di dasar panci.

Karena proses pembuatannya lama dan cukup menguras tenaga, panitia mulai memasak bubur samin setelah shalat dzuhur sampai waktu shalat ashar tiba saat Ramadan.

Setelah itu, panitia akan membagikan bubur samin kepada warga yang biasanya sudah datang dan mengantre sejak siang hari. Panitia pembagian bubur samin di Masjid Darussalam dalam satu hari memasak sekitar 35 kilogram beras untuk membuat bubur samin dan jika peminat bertambah, maka panitia akan menambah porsi beras yang dimasak menjadi 40 kilogram pada pekan berikutnya.

Tradisi pembagian bubur samin pada bulan puasa dimulai oleh para perantau asal Banjar, Kalimantan Selatan di Solo sekitar tahun 1980. Para perantau Banjar yang tinggal di daerah Jayengan membangun langgar yang kemudian menjadi Masjid Darussalam.

Bagian dari budaya dan kuliner Banjar kemudian berkembang di daerah permukiman perantau Banjar di Solo. Kerinduan terhadap kampung halaman mendorong para perantau dari Banjar untuk membuat bubur samin bersama guna memperkuat tali persaudaraan masyarakat Banjar di perantauan.

Kebiasaan kemudian berkembang menjadi tradisi pembagian bubur samin gratis kepada warga pada bulan puasa. Warga dari daerah lain pun selanjutnya menjadi penasaran ingin mencicipi bubur khas Banjar yang beraroma sedap itu.

Tradisi pembagian bubur samin pada bulan puasa tetap dipertahankan setelah sebagian dari warga asal Banjar yang merantau ke Solo dan keturunan mereka berpencar untuk mencari rezeki ke daerah-daerah yang lain seperti Karanganyar, Sragen, Boyolali, Sukoharjo, dan Semarang.

Kalaupun tidak bisa selalu ikut memasak atau sekadar mencicipi bubur samin secara langsung, perantau asal Banjar maupun keturunan mereka menyumbangkan dana untuk kegiatan pembagian bubur samin gratis pada Bulan Ramadhan di Masjid Darussalam.

"Kalau anggaran (dana untuk pembuatan bubur samin) ini dari simpatisan Masjid Darussalam, jamaah, ada dari luar kota, termasuk yang tinggal di Banjarmasin hingga Singapura, mereka bersedekah," kata Nurcholis.

Wakil Ketua Takmir Masjid Darussalam itu berharap tradisi pembagian bubur samin Banjar bisa lestari, apalagi sekarang tradisi itu sudah menjadi salah satu daya tarik wisata religi pada Bulan Ramadan.

"Kami hanya ingin berbagi dengan masyarakat," katanya.

Saat ini tradisi pembagian bubur samin tidak hanya menjadi pengobat rindu para perantau terhadap kampung halaman, tetapi juga menjadi simbol toleransi antar-umat beragama.

Warga dengan berbagai latar belakang suku dan agama bisa ikut mengantre untuk mendapat bubur samin gratis dari panitia di Masjid Darussalam. Mereka bisa datang ke masjid untuk bersama-sama menikmati bubur samin tanpa harus memberitahukan identitas maupun agama.

Editor: Ary Wahyu Wibowo

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut