get app
inews
Aa Text
Read Next : 5 Tempat Wisata Dekat di Rembang Dekat Pondok Gus Baha, Spot Foto Instagramable Banget

Menyusuri Jejak Sejarah Pahlawan Emansipasi Wanita di Museum Kartini Rembang

Kamis, 22 April 2021 - 08:48:00 WIB
 Menyusuri Jejak Sejarah Pahlawan Emansipasi Wanita di Museum Kartini Rembang
Istri Gubernur Jawa Tengah, Siti Atikoh melihat baju RA. Kartini di Museum Kartini Rembang, Rabu (21/4/2021). (iNews/Musyafa)

REMBANG, iNews.id  – Pahlawan emansipasi wanita, RA Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879. Kartini muda, dikenal menentang praktik poligami. 

Keluhan itu tertuang dalam surat-surat Kartini kepada sahabatnya di Belanda, JH Abendanon. Namun singkat cerita, RA Kartini harus menikah dengan Bupati Rembang, Djojo Adhiningrat ketika berusia 24 tahun. 

Kala itu sang Bupati sudah mempunyai 3 istri dan 7 anak. Dia rela dipoligami, karena rasa hormat dan cinta kepada sang ayah, sehingga harus menanggalkan egoismenya.

RA Kartini wafat pada usia 25 tahun, hanya berselang 4 hari setelah melahirkan anak pertama, Raden Mas Soesalit, tepatnya pada tahun 1904 silam.

Museum Kartini Rembangdulunya adalah tempat tinggal RA Kartini bersama suaminya, Bupati Djojo Adhiningrat.

Petugas pemandu di Museum Kartini, Dyah Ayu Febrianti mengatakan, karena RA Kartini seorang permaisuri dari kalangan bangsawan yang tinggal di kamar depan. Sedangkan 3 orang selir Bupati berasal dari rakyat biasa ditempatkan di kamar belakang.

Lorong depan kamar selir, sebelah timur pendopo tersebut selama ini memang jarang didatangi pengunjung.

“Jadi tempatnya memang berbeda. Selir di deretan kamar-kamar sebelah timur pendopo, sedangkan kamar Ibu Kartini di pendopo utama, “ ujarnya.

Pada Rabu (21/4/2021), puluhan wanita mengunjungi Museum Kartini Rembang, termasuk salah satunya rombongan dari Diskominfo Jawa Tengah dan istri Gubernur Jawa Tengah, Siti Atikoh.

Mereka melihat langsung peninggalan sejarah RA Kartini, seperti baju, kamar, tempat tidur, meja rias, kamar mandi, tulisan-tulisan Kartini dan masih banyak lagi yang lain.

Di dalam silsilah keturunan RA Kartini, ternyata masih segaris dengan Prabu Brawijaya, Raja Majapahit. Nah, dari para pengunjung ini, saya mencoba menanyakan tentang sikap RA Kartini menentang poligami.

Dona Tri Sukma, seorang pegawai Diskominfo Jawa Tengah menilai tatanan kehidupan zaman dulu dan sekarang berbeda. Jika dikaitkan dengan kondisi saat ini, Dona menolak keras poligami, karena baginya cinta hanya untuk satu orang.

“Kalau kita punya prinsip ya harus memegang teguh prinsip itu. Poligami, saya sangat menolak, nggak setuju. Ini juga berkat perjuangan beliau RA Kartini, sehingga kaum wanita bisa menyuarakan pendapat, sama halnya dengan kaum pria, “ kata Dona tersenyum.

Istri Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Siti Atikoh mengakui poligami memang diperbolehkan dari sisi agama, tetapi syaratnya harus mampu bersikap adil. Padahal adil tidaknya seseorang termasuk subyektif dan berkaitan erat dengan rasa.

Dia tidak bisa membayangkan kalau dipoligami. Siti menegaskan tidak akan mau. “Bukan hanya karena pengin, bukan karena finansial mampu. Tapi apakah syarat dasarnya adil bisa terpenuhi. Kalau di manajemen rumah tangga saya sendiri, ya saya nggak mau, “ katanya.

Selain masalah poligami, Atikoh lebih menekankan pada gagasan-gagasan RA. Kartini membawa kaum wanita tampil sederajat, dengan sikap kritis, pantang menyerah dan bisa memberikan manfaat untuk orang lain.

Editor: Ahmad Antoni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut