Potret Toleransi di Semarang, Puluhan Anak Lintas Agama Belajar Kehidupan Biara
SEMARANG, iNews.id – Potret toleransi di Kota Semarang masih terjaga dan terus dirawat. Hal itu terekam saat puluhan anak belajar seluk-beluk kehidupan para suster di Susteran OSF Gedangan Kota Semarang, Minggu (1/10).
Mereka berasal dari berbagai latar belakang dan lintas agama; Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, Konghucu hingga Penghayat Aliran Kepercayaan.
Puluhan anak ini juga berangkat dari sekolah yang berbeda-beda. Mereka belajar tradisi spiritualitas Fransiskan di lokasi yang juga bangunan bersejarah berusia ratusan tahun.
“Tema tahun ini adalah belajar nilai-nilai luhur dalam tradisi membiara para suster Ordo Santo Fransiskus atau OSF. Di situ ada nilai pengabdian kepada orang-orang yang miskin, kepedulian pada lingkungan hidup, juga sikap gembira dalam bekerja yang dilandasi kepercayaan akan penyelenggaraan ilahi,” kata Ketua Ikatan Karya Hidup Rohani Antar-Religius (IKHRAR) Rayon Semarang Br. Heri Irianto, FIC.
“Di acara ini, anak-anak belajar berkenalan dekat dengan kawan-kawan yang berbeda agama dan kepercayaan. Mereka juga akan belajar tentang tradisi spiritual yang jarang diberitakan. Meski materi yang dipelajari sebetulnya berat, tapi penyampaiannya dibuat ringan dan seru. Ini akan membantu anak-anak itu lebih paham tentang keberagaman,” ujar Direktur Eksekutif EIN Institute Ellen Nugroho.
Para fasilitator membantu anak-anak mengakrabkan diri sejak awal. Mereka digabungkan ke dalam kelompok kecil. Suster Franciana OSF menyambut mereka dengan hangat sebelum melepas mereka ke pos-pos belajar. Di pos, dengan panduan para suster OSF, anak-anak mendalami sejarah bangunan Susteran Gedangan, riwayat hidup Santo Fransiskus dan Suster Magdalena Daemen yang mendirikan OSF, serta seluk-beluk kehidupan membiara.
Anak-anak juga melihat replika kapal Jacoba Cornelia yang dulu dinaiki sebelas orang suster OSF pertama yang datang dari Belanda ke Semarang tahun 1870. Kemudian mereka dipandu mengelilingi museum Rumah Studi Misi OSF.
Mereka bisa melihat-lihat benda bersejarah, gambar, memorabilia yang menggambarkan perjalanan misi para suster OSF di dunia dan di Indonesia, baik di bidang pendidikan, kesehatan, maupun layanan sosial.
Setelah itu, setiap kelompok anak membuat vlog masing-masing yang menceritakan ulang semua materi yang telah mereka pelajari dari pos-pos belajar.
Anak-anak itu berkumpul pada kegiatan bertajuk Anak Semarang Damai (Semai) angkatan ke-4. Semai adalah program yang digagas khusus untuk anak pra-remaja untuk menghargai perbedaan dan keberagaman. Di tahun 2018 dan 2019, Semai dilaksanakan di Kelenteng Tay Kak Sie dan Pura Agung Giri Natha. Sempat terhenti selama masa pandemi Covid-19, Semai terlaksana kembali tahun 2022 di Vihara Tanah Putih, dan tahun ini kembali diadakan di Susteran Gedangan.
Saat sesi penutupan, Suster Franciana OSF berpesan kepada para peserta Semai #4 agar menjaga persahabatan di tengah keberagaman. “Kita semua mendapatkan panggilan untuk berbuat baik kepada sesama, dan dengan iman terhadap penyelenggaraan ilahi, mari bekerja dengan gembira untuk membuat dunia ini lebih indah,” ujarnya.
Koordinator Pelita Setyawan Budy kembali menggarisbawahi betapa pentingnya warga Semarang merawat perdamaian dan kebhinnekaan, khususnya menjelang Pemilu 2024.
“Pemilu sudah tinggal beberapa bulan lagi. Kita semua perlu terus mengeratkan jalinan persahabatan, agar Semarang bisa menjadi contoh wujud nyata kehidupan masyarakat yang damai dan harmonis. Mari nyalakan pelita, daripada mengutuki kegelapan,” pesannya.
Editor: Ahmad Antoni