get app
inews
Aa Text
Read Next : Densus 88 Ungkap Peran 4 Terduga Teroris di Sumbar dan Sumut, Ada Kreator Konten Propaganda

Remaja Rentan Jadi Sasaran Propaganda Radikalisme, Toleransi di Fase Ini Penting

Selasa, 20 Juni 2023 - 12:29:00 WIB
Remaja Rentan Jadi Sasaran Propaganda Radikalisme, Toleransi di Fase Ini Penting
Dialog Kebangsaan yang digelar Kementerian Agama Kota Semarang bekerja sama dengan Badan Kesbangpol setempat, Selasa (20/6/2023). Foto: MNC Portal/Eka Setiawan.

SEMARANG, iNews.id – Para Remaja rentan menjadi sasaran empuk penyebar propaganda radikalisme mengingat usia yang masih muda. Mereka diminta mengedepankan dialog di antara perbedaan yang ada, sehingga toleransi di fase ini sangat penting. 

Hal itu diungkapkan Ketua Yayasan Putra Persaudaraan Anak Negeri (Persadani) Sri Pujimulyo Siswanto di depan para siswa SMA dan sederajat di wilayah Semarang Barat, Selasa (20/6/2023).  

“Dulu kami ini terpapar saat usia pelajar, ada yang SMP ada yang SMA. Pengalaman kami perlu untuk disampaikan (kepada para pelajar),” kata Sri Puji saat membuka kegiatan Dialog Kebangsaan “Memperkuat Moderasi Beragama Menuju Generasi Handal Aset Bangsa” kerja sama Kementerian Agama Kota Semarang dan Badan Kesbangpol Kota Semarang.

Yayasan Persadani merupakan wadah bagi para mantan narapidana terorisme. Pengurus dan anggotanya adalah mantan pelaku tindak pidana terorisme.

Pada kegiatan itu juga pengurus Yayasan Persadani, Hadi Masykur, membagikan pengalamannya di depan para pelajar. Dia mulai terpapar ketika kelas 2 SMP. Dia ketika itu rutin mengikuti kajian Ahad pagi di sebuah masjid di Kabupaten Semarang.

“Di tengah-tengah kajian itu, ada seorang mahasiswa (kuliah di Semarang) masuk ke kami, memberikan paradigma atau pemahaman Islam yang baru. Saya ketika itu berdelapan, saya paling kecil masih SMP lainnya sudah SMA,” kata Hadi Masykur yang tinggal di Kabupaten Semarang.

Kemudian, mahasiswa itu yang kemudian mengantarkannya ke jejaring yang lebih luas, sehingga akhirnya Hadi Masykur tergabung dalam kelompok Jamaah Islamiyah (JI), kelompok yang sudah dilarang di Indonesia.

“Penafsiran (saat itu) yang menyebabkan kami harus menebus apa yang sudah kami lakukan. Tahun 2020 saya ditangkap Densus 88,” ucapnya. 

Titik baliknya, dia selalu memikirkan keluarga, terutama ibunya. Dia merasa belum bisa membahagiakan mereka. Selain itu juga ada refleksi pemahaman masa lalunya memang keliru, salah satunya menanggap penafsiran sendiri yang paling benar. 

Hal-hal itulah yang akhirnya membuat Hadi Masykur meninggalkan pemahaman dan kelompok lamanya.  

“Pintu masuknya itu (terorisme) intoleran dulu,” kata Hadi Masykur.

Hadi Masykur juga bercerita, Kepala Densus 88/Antiteror Polri Irjen Pol Marthinus Hukom sempat mendatanginya ketika itu, mengingatkan tentang pentingnya keluarga terutama ibu.

“Itulah motivator terbesar dalam hidup saya,” ucapnya.

Dia juga sempat bercanda agar para pelajar jangan sampai ada yang jadi anggota Yayasan Persadani.

“Karena syaratnya berat (mantan pelaku terorisme),” tuturnya. 

Kepala Kemenag Kota Semarang Ahmad Farid mengatakan, kegiatan seperti ini akan dilakukan rutin dan bertahap. Tak hanya para pelajar dan guru pengampu agama Islam, tapi juga dari penganut agama lain dilibatkan.

“Pelajar yang ikut ini pilihan, (salah satunya) dari mereka yang ikut OSIS dan Rohis (Rohani Islam),” katanya.

Dia mengemukakan, kegiatan juga selain memberikan wawasan kebangsaan untuk memperkuat moderasi beragama. Dialog dengan para mantan pelaku tindak pidana terorisme juga diharapkan jadi cara pencegahan agar para pelajar punya benteng dari paham radikalisme terorisme.

Pada kegiatan itu, Sekretaris Kesbangpol Kota Semarang Joko Hartono juga hadir sebagai narasumber. Dia berpesan kepada para pelajar agar belajar betul tentang moderasi beragama.

Editor: Ary Wahyu Wibowo

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut