Sejarah Kerajaan Mataram Kuno, Dahulu Letaknya Dikelilingi Gunung dan Sungai
Pada akhir abad ke-8, di bawah pemerintahan Sri Dharmatungga wilayah Kerajaan Mataram Kuno di bawah Dinasti Syailendra mencapai masa kejayaannya dengan luas wilayah hingga mencapai Semenanjung Malaya.
Selain itu pada bidang politik, ilmu pengetahuan, budaya, kesenian dan sosial mencapai kemajuan yang sangat pesat. Setiap pergantian raja, Kerajaan Mataram Kuno semakin bekembang kemajuannya.
Ketika Sri Dharmatungga digantikan oleh Indra (Syailendra) yang berhasil menaklukkan Chenla (Kamboja). Pada saat dipimpin Samaratungga, ilmu seni di Kerajaan Mataram Kuno mengalami kemajuan pesat dan ditandai oleh dibangunnya Candi Borobudur.
Dinasti Sanjaya dan Syailendra baru dapat disatukan ketika terjadi pernikahan antara Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dan Pramodhawardhani dari Dinasti Syailendra.
Pada 929 Masehi, terjadi pemindahan ibu kota oleh Mpu Sindok dari Jawa Tengah menuju ke Jawa Timur yang diperkirakan antara Gunung Semeru dan Gunung Wilis. Kerajaan ini kemudian dinamakan Medang dengan Mpu Sindok sebagai raja pertamanya pada Dinasti Isyana.
Kerajaan Mataram Kuno sudah berdiri dan berkuasa pada kurun waktu cukup lama. Bahkan, Mataram Kuno dipimpin oleh tiga dinasti yang berbeda-beda.
Selain itu, kerajaan ini juga memiliki catatan atas pemindahan ibu kota kerajaan yang awalnya di Jawa Tengah pindah ke Jawa Timur. Raja-raja yang memimpin dari kedua kerajaan sebagai berikut ini.
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M)
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran (760-780 M)
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan/ Dharmatungga (780-800 M)
4. Sri Maharaja Rakai Warak/ Indra (Syailendra) (800-820 M)
5. Sri Maharaja Rakai Garung/ Samaratungga (820-840 M)
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan dan Maharatu Pramodawardhani (840-856 M)
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala (856-882 M)
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang (882-899 M)
9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung (898-915 M)
10. Raja Daksa (915-919 M)
11. Raja Tulodong (919-924 M)
12. Raja Sumba Dyah Wawa (924 M)
- Rakai Hino Sri Isana alias Mpu Sindok (929-947 M)
- Sri Lokapala dan Ratu Sri Isanatunggawijaya (947 M)
- Makutawangsawardhana (hingga 985 M)
- Dharmawangsa Teguh (985-1007 M)
Editor: Kurnia Illahi