4. Tempat Sosialisasi Kalangan Elite Eropa
Nama Loji Gandrung dipahami khalayak karena kegiatan sosialisasi kalangan elite Eropa yang diwarnai dengan pesta makan, minum dan berdansa. Dengan demikian menyerupai orang yang sedang gandrung atau adegan jatuh cinta dalam kajian seni pertunjukan tradisional Jawa.
Jika diartikan secara harafiah, Loji berarti rumah kolonial, dan Gandrung artinya bersenang senang. Kegemaran orang-orang Eropa khususnya dari kalangan pengusaha dan profesional swasta untuk melakukan pesta-pesta seperti ini merebak sejak awal abad ke-20.
Mengingat perkembangan tersebut, kemungkinan besar Loji Gandrung baru mendapatkan sebutan dan bahkan mungkin bentuknya yang sekarang ini pada masa awal abad ke-20. Dilihat dari sisi arsitekturnya, Loji Gandrung merupakan bangunan Indis yang memiliki nuansa Neo-klasik Eropa yang cukup megah.
Oleh sebab itu diperkirakan pembangunan Loji Gandrung ini berlangsung di masa keemasan Keluarga Dezentje pada pertengahan hingga akhir abad 19. Setelah sepeninggal Keluarga Dezentje, kemungkinan Loji Gandrung diambil alih oleh pemilik lain atau Pemerintah Kolonial Belanda atau Kasunanan Surakarta, mengingat adanya kebangkrutan dari keluarga tersebut.
Pada masa berikutnya, yakni masa kemerdekaan Indonesia ketika nasionalisasi bangunan kolonial, bangunan Loji Gandrung digunakan untuk kepentingan militer.
Ada versi lain mengenai bangunan itu yang kemudian disebut Loji Gandrung. Ada sumber yang menerangkan nama Loji Gandrung muncul di era kemerdekaan. Bung Karno ketika datang ke Solo dan menginap, menghendaki adanya penampilan dalam jamuan makan malam yang berupa tari Gatutkaca Gandrung yang dimainkan oleh tokoh wayang orang Sriwedari.
Begitu seringnya penampilan tari Gatukaca Gandrung tampil saat Bung Karno menginap di Loji itu, kemudian masyarakat menyebutnya sebagai Loji Gandrung.
5. Markas Perjuangan Melawan Belanda
Peristiwa penting yang terjadi di Loji Gandrung adalah bangunan ini pernah digunakan Kolonel Gatot Subroto sebagai markas untuk menyusun strategi melawan Belanda pada Agresi Militer II (1948-1949). Kolonel Gatot Subroto merupakan gubernur militer untuk wilayah Daerah Istimewa Surakarta dan sekitarnya.
Loji Gandrung juga pernah menjadi markas Militer Brigade V yang dipimpin Letkol Slamet Riyadi ketika terjadi Serangan Umum Solo pada 1949. Loji Gandrung merupakan sebuah bangunan Indis dengan gaya neo-klasik Eropa yang masih kental. Arah hadap bangunan menghadap ke utara, ke arah Jalan Slamet Riyadi, Solo. Kompleks Loji Gandrung terdiri dari beberapa bangunan.
Editor : Reza Yunanto
Artikel Terkait