“Alhamdulillah. Satgas pompanisasi sudah terbentuk dan mulai bekerja. Sudah ada juga grup jaringan komunikasi, sehingga jika ada trouble akan segera ditangani,” ujar Budi.
Langkah ini dinilai penting untuk memastikan tidak ada hambatan dalam proses penyaluran air ke laut di tengah tingginya curah hujan di Semarang dan sekitarnya.
Selain memperkuat sistem darat, BNPB juga melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) guna mengendalikan potensi hujan.
“Selain pompanisasi, kita juga melaksanakan operasi modifikasi cuaca. Dari satu pesawat sudah kita tambahkan jadi dua. Satu ada di Ahmad Yani dan satunya lagi ada di Adi Soemarmo, Solo,” ucapnya.
Operasi ini memanfaatkan penyemaian bahan Natrium Klorida (NaCl) dan Kalsium Oksida (CaO) ke awan potensial hujan di wilayah utara dan selatan Jawa agar hujan tidak langsung turun di kawasan rawan banjir.
BNPB menegaskan bahwa penanganan banjir di Kota Semarang menuntut kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, TNI, akademisi, hingga pengembang proyek infrastruktur. Fokus utama diarahkan bukan pada pencarian kesalahan, melainkan memperkuat sistem pengelolaan air agar lebih adaptif terhadap perubahan iklim dan dinamika perkotaan.
Koordinasi lintas sektor di bawah satu komando terus diperkuat untuk memastikan keselamatan warga serta keberlanjutan kehidupan sosial ekonomi di wilayah terdampak.
Melalui langkah terpadu ini, pemerintah berharap banjir Semarang 2025 menjadi momentum evaluasi total tata kelola air perkotaan, bukan sekadar respons darurat terhadap bencana tahunan.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait