BLORA, iNews.id - Permintaan sejumlah pihak kepada pemerintah pusat untuk menunda Pilkada Serentak 2020 dianggap menyulitkan sejumlah daerah. Bupati Blora Djoko Nugroho menilai, penundaan akan membuat pemerintah menyiapkan pelaksana tugas yang kewenangannya terbatas.
Djoko Nugroho mengaku desakan menundaan tersebut terjadi karena pandemi Covid-19 di Indonesia sedang naik. Keselamatan masyarakat saat ini memang harus diutamakan.
"Dua-duanya (ditunda atau tidak) bagus, yang penting keselamatan masyarakat diutamakan," kata Djoko, Selasa (22/9/2020).
Namun, jika pemerintah menunda pelaksanaan pilkada tentu ada kesulitan lain. Pemerintah harus menyiapkan Penjabat (Pj) Kepala Daerah yang jumlahnya tidak sedikit.
"Tapi menurut saya pilkada diundur pun pemerintah mengalami kesulitan. Berapa Pj yang akan disiapkan, padahal Pj terbatas kewenangannya. Pj sulit. Tapi bagaimanapun juga kita harus ikuti kebijakan pemerintah," ucapnya.
Dia menyebutkan, bangsa Indonesia saat ini sedang diuji. Tidak hanya persatuan dan kesatuan, namun juga nalarnya dalam mengambil kebijakan.
"Kasihan pemerintah. Bangsa Indonesia bukan hanya diuji persatuan dan kesatuan saja tapi diuji secara nalarnya," katanya.
Kokok sapaan akrab Djoko, justru lebih menyoroti izin kampanye terbuka ataupun konser musik selama pelaksanaa kampanye. Padahal dua kegiatan tersebut dianggap lebih berbahaya saat pandemi Covid-19.
"Jangan kampanye terbuka. Bahaya, Baru pendaftaran saja seperti itu, apalagi nanti dibebaskan, kayak apa. Makanya pak gubernur melarang konser musik, bagus itu, saya dukung itu," katanya.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait