Bupati Pekalongan Asip Kholbihi memaparkan perkembangan ajaran agama Islam di Nusantara dalam bedah buku di Pendopo Kabupaten Pekalongan. (Foto: iNews/Suryono)

PEKALONGAN, iNews.id - Memahami agama Islam harus menyelami akar budayanya karena sejarah dan akar tradisi agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW itu justru berkembang karena menggunakan instrumen budaya.

Hal itu diungkapkan Bupati Pekalongan Asip Kholbihi saat menjadi Keynote Speaker pada acara Bedah Buku “Islam Berkebudayaan, Akar Kearifan Tradisi, Ketatanegaraan dan Kebangsaan” karya M Jadul Maula di Pendopo Bupati Pekalongan, Minggu (17/11/2019).

Menurut Bupati, dengan membaca buku tersebut, masyarakat akan lebih menghargai orang lain, berlaku toleran, dan memandang Allah sebagai dzat yang welas asih.

“Termasuk wayang kulit adalah produk asli para Walisongo, untuk mengembangkan Islam dengan pendekatan budaya. Agama tidak hanya dipandang sebagai ritual, kesalehan sosial, yang lebih penting menghargai keyakinan, dan menghargai budaya dan berbagai suku yang ada di Nusantara,” ujarnya.

Bupati Asip mengatakan, dalam halaman awal, buku ini mengupas tentang hadis Nabi SAW tentang menuntut ilmu sampai ke Negeri China, yang bisa dipahami sebagai entitas China sebagai bangsa yang maju pada masa itu.

“Pada abad ke-6 ada hubungan antara China-India-Arab dan Jawa khususnya dalam hal perdagangan, terutama kain atau katun yang didatangkan dari India sehingga kita tidak kekurangan komoditas tersebut,” tutur Bupati.

Karena itu, kata Asip Kholbihi, tidak heran jika Pekalongan yang berada di daerah pesisir dan juga merupakan jalur sutra perdagangan, tidak pernah kekurangan bahan baku pakaian. Maka wajar jika sekarang menjadi penghasil batik terbesar kemudian di susul Solo, Jogja dan Cirebon. 

“Hal itu dikarenakan suplai bahan baku sudah terjadi sejak awal masehi dan didukung SDM yang secara kultural sudah terjalin interaksi tentang bagaimana cara membikin pakaian, dan mengembangkan pakaian itu menjadi lebih baik, proses ini kita alami,” katanya.

Ketua Lesbumi PCNU Kabupaten Pekalongan Gus Eko Ahmadi mengatakan, keadaan pemilkiran era milenial berbeda dengan zaman dahulu, jika dulu jika ada isu yang dilontarkan oleh pemimpin akan dikupas dalam kelompok diskusi. 

“Sekarang jika ada isu yang ramai adalah meme dan menggoreng isu tersebut, sehingga kita hanya ribut di meme dan gorengan,” katanya.

Bagi NU yang didalamnya ada Lembaga Lesbumi, tutur Gus Eko, berkepentingan agar masyarakat Kabupaten Pekalongan memahami Islam dengan pendekatan budaya sehingga dapat melihat perbedaan dengan kacamata yang lebih bijak. 


Editor : Kastolani Marzuki

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network