Di hari keempat masa isolasi sebagai pasien Covid-19, dia mulai batuk dengan badan terasa sakit semua. Ketika menerima telepon dari keluarga atau sahabat, batuk semakin parah.
"Bahasa jawanya batuk ‘ngekel’. Setiap bergerak juga batuk. Seperti ketika salat yang banyak gerakan, dari ruku' ke sujud, atau dari sujud ke berdiri, maka otomatis akan batuk. Saya sangat tersiksa dan rasanya sulit sekali untuk bernapas lega," katanya.
Di hari keenam isolasi, kondisi semakin parah. Saat itu, Sriyanto sudah tak bisa merasakan indera penciuman. Bahkan, dia tidak bisa mengunyah dengan baik. Nasi jatah makan terasa sangat keras. Dia berusaha mengunyah, tapi gagal.
"Kerongkonganku terasa sangat sakit. Berkali-kali berusaha mengunyah nasi, tapi tak bisa sampai akhirnya saya muntahkan kembali nasi yang masih utuh itu," ujarnya.
Dirinya sempat sampai protes ke bagian gizi rumah sakit. Dia marah karena merasa mereka tidak memasak nasi dengan benar. Dia mengira koki rumah sakit lalai dan mengeluarkan semua uneg-uneg untuk meminta penjelasan.
Betapa kagetnya Sriyanto ketika mendapat penjelasan bahwa sebetulnya nasi tersebut lunak seperti biasa. Ketika pasien lain bisa mengunyah nasi dengan baik, nasi itu terasa keras bagi Sriyanto.
"Saya segera tersadar bahwa kondisi ini yang menyebabkan nasi terasa keras sehingga sulit untuk mengunyah sekaligus menelan. Mungkin cairan kelenjar tidak keluar sehingga fungsi saraf menelan terganggu. Virus ini mengganggu semua fungsi mulut dan tenggorokan," katanya.
Hari ketujuh masa isolasi merupakan puncak penderitaan. Batuk semakin parah, ditambah dengan komorbid penyakit diabetes.
"Memang, sudah dua tahun ini saya harus melakukan suntik insulin novomik. Saya hampir menyerah kalah. Beberapa sahabat juga berpikir demikian karena risiko orang yang diabetes terkena Covid-19 biasanya berujung kematian," tuturnya.
Namun, malam itu sekaligus penuh mukzizat karena dirinya mendapat kiriman plasma dari Jakarta. Beberapa hari sebelumnya, dia memang memesan dua kantong plasma. Karena meyakini plasma dan tosilizumab adalah wasilah terampuh mengobati Covid-19, malam itu dia mendapat injeksi 1 kantong plasma.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait