Selang kepergian Ki Pedaringan, tak lama datang sosok pemuda dengan paras yang sangat tampan. Tetapi keadaan lengannya tertancap keris pusaka. Nyi Pedaringan kaget melihat seseorang yang berdiri di depan rumahnya dengan keadaan terluka. "Siapa lelaki itu?," tanyanya dalam hati.
Si pemuda melihat raut muka Nyi Pedaringan kebingungan kemudian ia segera memperkenalkan diri. "Perkenalkan saya Pangeran Purbaya, saya punggawa dari Kerajaan Mataram yang sedang melaksanakan tugas memberantas pemberontakan yang dipimpin Salingsingan di Cirebon,” ucapnya.
Rupanya ada pasukan yang dipimpin oleh Salingsingan ingin menguasai Tanah Jawa dari Mataram, maka dari itu utusan dari Kerajaan Mataram langsung turun tangan untuk menggagalkan niat para pemberontak.
Sesuai dugaan, pasukan yang dipimpin Salingsingan berhasil dilumpuhkan Pangeran Purbaya. Tetapi dengan meninggalkan luka pada lengannya. Dalam perjalanan kembali ke kerajaan, Pangeran Purbaya melihat sebuah gubuk yang berpenghuni.
Lalu ia berpikir untuk mengobati lukanya terlebih dahulu disana. "Apakah saya boleh mengobati luka saya di sini?" tanya sang pangeran yang kemudian dipersilakan Nyai Pedaringan.
Kelanjutan cerita rakyat Jawa Tengah, asal usul Pantai Widuri, Nyai Pedaringan mengambil obat-obatan yang dibutuhkan dan membantu mengobati Pangeran Purbaya. Setelah selesai, Pangeran Purbaya mengucapkan terima kasih dan meninggalkan sebuah keris pusaka yang bernama Simonglang agar dijaga dan dirawat Nyai Pedaringan.
"Terima kasih atas bantuanmu, saya tinggalkan keris pusaka ini untuk dijaga dan dirawat. Saya berharap keris pusaka ini bisa menjadi pusaka daerah ini dan hanya boleh dimiliki oleh keturunan Pedaringan,” kata Pangeran Purbaya.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait