JEPARA, iNews.id - Sejumlah pengusaha mebel dan ukir di Kabupaten Jepara masih mengandalkan pemasaran produk secara daring atau melalui perdagangan elektronik. Hal itu untuk menekan biaya pemasaran di tengah gejolak ekonomi dan kenaikan harga bahan baku.
Salah satu pemilik usaha mebel dan ukir di Jepara, Kartika Dwi Damayanti mengatakan, pandemi Covid-19 selama dua tahun lalu menjadi pembelajaran dan pengalaman berharga bagi industri mebel supaya bisa bertahan.
Saat pandemi, untuk mempertahankan usahanya, maka dilakukan pemasaran secara daring untuk menyasar konsumen secara luas. Demikian halnya, menghadapi tantangan dunia usaha pada 2023 juga akan tetap memanfaatkan pemasaran secara daring karena lebih efektif.
Lewat akun Instagram, pihaknya bisa menyasar konsumen kelas menengah ke atas yang mayoritas berasal dari wilayah Jakarta.
"Dengan biaya yang murah, setiap orang bisa melihat secara langsung produk yang diinginkannya sehingga lebih efektif," ujarnya.
Pada saat pandemi, daya beli turun karena transaksi untuk pasar lokal dari 100 transaksi turun menjadi 30 transaksi per bulannya.
"Sekarang kondisinya mulai pulih menjadi 70-80 transaksi per bulannya, meskipun kondisi pasar belum kembali seperti sebelum pandemi. Tetapi transaksinya sudah mulai meningkat setelah memasarkan secara daring kami genjot dengan memanfaatkan media sosial," ujarnya.
Produk mebel yang saat ini masih diminati konsumen, antara lain sofa dan kursi yang menggunakan kulit asli. Sedangkan harga produk yang dijual mulai jutaan hingga puluhan juta rupiah.
Pengusaha mebel lainnya, Muhammad Hisyam juga mengakui, konsumen mulai terbiasa bertransaksi secara daring setelah masa pandemi membatasi aktivitas masyarakat dalam bertatap muka.
"Bahkan, hampir separuh dari transaksi penjualan mebel dan ukir didominasi transaksi dari penjualan secara daring melalui e-commerce," ujarnya.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait