“Banyak orang sering salah memanggil nama karena mirip saudara kembar saya,” kata Abdul aziz, salah satu warga kembar.
Selain itu, mereka juga memiliki ikatan batin yang kuat. Ketika salah satu ada yang sakit, maka kembarannya juga sering merasakan sakit yang sama. Untuk antisipasi salah orang, beberapa di antaranya sengaja memberikan ciri khas untuk membedakan dengan kembarannya. Seperti menyemir rambut hingga memakai topi yang khas.
“Selama ini, kami tidak kesulitan dalam pencatatan dokumen kependudukan meskipun banyak warga yang kembar,” kata Sunarno, Kepala Desa Jonggrangan.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait