“Semburan air ubalan akan bertahan dalam waktu seminggu dan akan kering kembali. Sumber air ini akan muncul kembali setahun kemudian,” katanya.
Untuk sampai di sumber air, warga harus berjalan mehyusuri jalan sempit, licin dan terjal dengan jarak tempuh sejauh tiga kilometer. Setelah mandi dan meminum air ubalan, warga kemudian mengambil mengisikan air ubalan ke dalam botol mineral dan jeriken untuk dibawa pulang. Air tersebut akan dipakai untuk memasak dan mandi bersama keluarga.
Seperti mbah Sumbangsih, perempuan lansia warga Segoro Gunung ini rela berjalan kaki sejauh satu kilometer demi bisa merasakan dinginnya air di bawah pancuran ini. “Saya tidak mau melewatkan momen langka ini,” katanya.
Selain warga setempat, banyak warga dari desa lain yang datang ke sumber air ubalan untuk ikut mandi dan mengabadikan fenomena langka ini dengan berswafoto di lokasi sumber air.
Untuk bisa mandi, warga yang datang harus rela mengantre menunggu giliran karena lokasi pancuran yang sangat sempit dan terbatas.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait