"Para dokter yang ahli dan hebat-hebat ini sekarang mengupgrade ilmunya, mengupdate ilmunya, sehingga bagaimana bisa menyelamatkan lebih baik. Kalaulah kemudian itu bisa dilakukan, beberapa penyakit seperti stroke yang menjadi faktor angka kematian tertinggi bisa ditangani dengan baik," katanya.
Dari sisi pelayanan, ilmu baru, tenaga baru yang handal, dan teknologi pasti dibutuhkan. Maka dari itu, capacity building sumberdaya manusia dan penggunaan teknologi perlu dilakukan. Apalagi, melihat geografis Indonesia yang sangat luas sehingga dibutuhkan pelayanan maksimal untuk masyarakat.
"Dunia kedokteran dengan teknologi hebat banyak yang selamat. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dibutuhkan fasilitas yang cukup, rasio layanan dengan Indonesia yang gedenya minta ampun dan peralatan-peralatan yang musti canggih sehingga kemudian pelayanan tercanggih bisa diberikan kepada rakyat," katanya.
Begitu juga dengan persebaran dokter dan fasilitas kedokteran yang juga harus merata. Ganjar mengatakan sejauh ini persebaran dokter di Indonesia memang belum cukup. Dokter spesialis juga masih kurang sehingga perlu dilakukan akselerasi. "(Untuk persebaran dokter) pasti kurang jawabannya," ujarnya.
Ketua Perdosni, Dodik Tugasworo, mengatakan ada 2.361 neurolog yang tergabung dalam Perdosni. Mereka tersebar di 29 cabang Perdosni di seluruh Indonesia. Sementara untuk pusat pendidikan neurologi saat ini masih sekitar 14 lokasi dan seiring berjalannya waktu akan bertambah tiga tempat baru.
"Kita tahu bagaimana pentingnya neurolog ke depan. Usia lanjut semakin meningkat. Berdasarkan data yang ada, stroke menduduki angka tertinggi kematian di Indonesia. Belum lagi adanya penurunan produktivitas seiring bertambahnya usia," ujarnya.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait