Selain bermakna manusia tempatnya salah, kue ini juga mengandung filosofi, bahwa manusia pada akhirnya akan tebujur kaku dan diikat hal nya pocong (manusia akan mati).
"Itulah kira-kira makna dan filosofi yang tersirat pada kue Lepet yang diikat kedua ujung dan tengahnya, seperti pocong," kata Mbah Mar (80), Senin (3/7).
Jajanan jadul yang gurih ini mudah dijumpai di pasar-pasar tardisional di Pemalang. Harganya pun relatif merakyat, Rp1000 per biji.
Bahkan, setiap pagi banyak dijajakan di pinggiran jalan desa-desa di kota mungil ini. Masyarakat biasa membeli untuk sarapan atau sekedar cemilan ngopi pagi.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait