"Permintaan kedelai impor di tempat kami juga cukup stabil dengan rata-rata 15 ton per hari. Sebelum pandemi permintaannya memang cukup tinggi mencapai 20 ton per hari," ujarnya.
Sebetulnya, perajin tahu dan tempe memiliki alternatif kedelai lokal, namun harga jualnya hampir sama. Pedagang lebih memilih kedelai impor karena selain lebih bersih juga ada jaminan stok tersedia secara berkelanjutan, dibandingkan kedelai lokal.
Untuk stok kedelai impor di Kudus saat ini sekitar 60 ton dan masih bisa ditambah sesuai kebutuhan di pasaran. Sedangkan, stok kedelai lokal menyesuaikan musim panen.
Jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus diperkirakan mencapai 300 pengusaha yang tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Kota, Jekulo, Kaliwungu, Dawe, Bae, Gebog, Undaan, Mejobo, dan Jati.
Kabid Fasilitasi Perdagangan, Promosi dan Perlindungan Konsumen Dinas Perdagangan Kabupaten Kudus Imam Prayitno mengungkapkan, komoditas kedelai sejak pandemi memang berfluktuasi, namun sejauh ini tidak ada permasalahan di pasaran karena stok juga tersedia.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait