Dalam sebuah hadis yang riwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya dari Abu Tamimah yang menceritakan hadis berikut dari orang yang pernah dibonceng oleh Nabi Saw.
Dia mengatakan bahwa di suatu ketika keledai yang dikendarai oleh Nabi Saw tersandung, maka aku berkata, "Celakalah setan itu." Maka Nabi Saw. bersabda:
«لَا تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ: تَعِسَ الشَّيْطَانُ تَعَاظَمَ وَقَالَ: بِقُوَّتِي صَرَعْتُهُ وَإِذَا قُلْتَ: بِاسْمِ اللَّهِ تَصَاغَرَ حَتَّى يصير مثل الذباب وغلب
Artrinya: Janganlah engkau katakan, "Celakalah setan.” Karena sesungguhnya jika engkau katakan, "Celakalah setan, "maka ia menjadi bertambah besar, lalu mengatakan, "Dengan kekuatanku, aku kalahkan dia.” Tetapi jika engkau katakan, "Bismillah, "maka mengecillah ia hingga menjadi sekecil lalat.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad namun sanadnya bagus.
Isi Kandungan Surat An Nas
Ajaran tauhid juga jelas tersirat dalam isi kandungan surat an-Nas ini, mengingat penghambaan manusia yang dalam kepada Allah sebagaimana dijelaskan pada ayat 3 akan mengantarkan rasa ketidakberdayaannya dan menyandarkan hanya kepada Allah Swt dari semua kejahatan yang dibisikkan setan.
Maka sudah sepantasnya bagi kita selalu memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah Swt, mengakui bahwa sesungguhnya seluruh makhluk berada di bawah pengaturan dan kekuasaan-Nya.
Semua kejadian ini terjadi atas kehendak-Nya. Dan tiada yang bisa memberikan pertolongan dan menolak mudharat kecuali atas kehendak-Nya pula. Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa meminta pertolongan, perlindungan dan mengikhlaskan seluruh peribadahan hanya kepada-Nya.
Demikian ulasan hukum tajwid Surat An Nas lengkap dengan isi kandungannya yang perlu muslim ketahui.
Wallahu A'lam
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait