SALATIGA, iNews.id - Kenapa dinamakan Kota Salatiga, ada sebuah cerita rakyat serta jejak sejarah yang menjadi latar belakangnya. Kedua hal itu sangat menarik untuk diulas.
Kota Salatiga secara geografis letaknya sangat strategis. Karena berada di persilangan jalan raya dari lima jurusan, yaitu Semarang, Bringin, Solo, Magelang, dan Ambarawa. Salatiga terdiri atas empat kecamatan, yakni Argomulyo, Sidomukti, Sidorejo, dan Tingkir.
Kenapa dinamakan Kota Salatiga, jejak sejarahnya dapat dilihat dalam prasasti Plumpungan atau prasasti Hampra. Prasasti tertulis dalam batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170 sentimeter, lebar 160 sentimeter, dengan garis lingkar 5 meter yang selanjutnya disebut prasasti Plumpungan.
Prasasti berada di Dukuh Plumpungan, Kelurahan Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo. Sejarawan yang sekaligus ahli Epigraf Dr JG de Casparis mengalihkan tulisan secara lengkap yang selanjutnya disempurnakan oleh Prof Dr R Ng Poerbatjaraka.
Prasasti ditulis dengan huruf Jawa Kuno dan bahasa Sansekerta yang berangka tahun 672 Saka atau 750 Masehi. Pada Pada masa Hindu-Buddha, Salatiga telah menjadi daerah istimewa sebagaimana tertera dalam prasasti tersebut.
Menurut Soekarto Kartoatmadja, candrasengkala dalam prasasti Plumpungan menunjuk hari Jumat (Suk) rawâra tanggal 31 Asadha atau tanggal 24 Juli 750 Masehi. Tanggal merupakan peresmian Desa Hampra (Plumpungan) menjadi daerah perdikan.
Berdasarkan prasasti ini, hari jadi Salatiga ditetapkan pada tanggal 24 Juli 750, yang dibakukan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kota Salatiga Nomor 15 tanggal 20 Juli 1995 tentang Hari Jadi Kota Salatiga.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait