BNPT dan Gus Nuril sepakat propaganda kelompok teror di media sosial sangatlah masif. Oleh karenanya, diperlukan kesadaran bersama untuk menggunakan media sosial sebagai salah satu sarana dakwah dan menyebarkan narasi perdamaian dan persatuan.
"Kelompok mayoritas kita yang beraliran moderat tidak boleh berdiam diri. Mereka para teroris sudah sistematis menggunakan ruang digital untuk penyebaran propaganda. Kita juga harus terang-terangan menyebarkan narasi kebangsaan di media sosial, agar anak-anak kita tidak tertipu dengan narasi mereka, tentunya dengan dibantu civil society," katanya.
Gus Nuril mengapreasiasi kunjungan Boy Rafli ke pesantrennya. Hal itu dikarenakan, keduanya memiliki persamaan dalam visi dan misi dalam mencintai dan membangun bangsa Indonesia, termasuk mengajak eks napiter kembali cinta NKRI dan bersiap kembali hidup di masyarakat.
"Sebuah kebahagiaan besar bagi kami ketika Jenderal Boy Rafli mengajak semua lapisan masyarakat (dalam program deradikalisasi). Karena untuk menangani pasca traumatik teror itu harus dipisahkan dulu dari kelompoknya. Setelah dipisahkan lalu kita ajak kembali, bukan hanya mengisi batinnya, tetapi juga kemampuan kehidupan sehari-harinya," kata Gus Nuril.
Mantan Panglima Pasukan Berani Mati era Gus Dur itu menyampaikan para eks napiter yang telah menjalani program deradikalisasi nantinya dapat ditempatkan di Pesantren Soko Tunggal. Di sana, selain akan mendapatkan pembinaan karakter dan ilmu, juga akan diajarkan keterampilan seperti bertani.
Editor : Ahmad Antoni
penanggulangan terorisme napiter boy rafli amar gus nuril gus dur panglima pasukan tokoh agama nkri
Artikel Terkait