“Pembeli yang datang ke sini bilang wah kok unik, pakai seragam Pramuka. Apalagi anak-anak sekolah yang kebetulan anggota Pramuka, jadinya ikut senang mereka,“ ucapnya.
Rudy Wijayanto mengaku sejak duduk di bangku SMA sudah senang dengan gerakan Pramuka. Setelah lulus, dirinya masih aktif bergabung di Unit Bantuan Pertolongan Pramuka (Ubaloka). Termasuk ketika membuka angkringan, juga dinamakan Tunas Kelapa sebagai bentuk rasa cintanya terhadap Pramuka.
“Semangat pada diri saya ini memang tidak bisa dilepaskan dari Pramuka,” tuturnya. Jika ada peristiwa mendadak yang membutuhkan tenaganya untuk misi pertolongan, Rudy selaku pegiat sosial menyebut dirinya memiliki dua pekerja.
“Jadi sewaktu-waktu ada kegiatan misi kemanusiaan, saya tetap bisa berangkat dan angkringan masih bisa jalan. Ada pekerja yang kebetulan anak Pramuka juga bantu di sini,” katanya.
Baginya, dalam menekuni sebuah profesi jangan memandang jenis pekerjaannya. Namun yang penting halal dan memperoleh rezeki barokah. “Jangan pernah malu kerja apa, yang penting halal,” ucapnya.
Rudy yang biasa membuka angkringan sampai dini hari, sering memanfaatkan waktu untuk ngobrol dengan para pembeli tentang berbagai hal, utamanya masalah-masalah sosial. “Ya jualan, ya saling berbagi informasi,” ujarnya.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait