Kapten CPM Purn Sanjoto mengelap helm putih yang pernah digunakan saat mengawal Bung Karno. (foto: Istimewa)

"Saat itu kali Bengawan Solo airnya jadi merah darah, banyak yang gugur badannya ditembus peluru yang ditembakkan dari pesawat Belanda," cerita dia dengan mata berkaca-kaca.

Perjalanan pengabiannya tak berhenti di situ, Sanjoto pun ikut mengawal pembentukan Batalyon Banteng Raiders oleh Letkol Inf Ahmad Yani. Bahkan saat di wilayah Tegal, Sanjoto lah yang menguji Ahmad Yani untuk mendapatkan SIM Militer. 

Maka ketika konfrontasi dengan Malaysia dalam Dwikora, KSAD Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani saat bertemu Sersan Sanjoto langsung menepuk pundaknya dan menyatakannya di hadapan para perwira lain atas jasa Sanjoto saat mengujinya untuk mendapatkan SIM Militer.

Setelah bertemu dengan Sanjoto, Jenderal Ahmad Yani pun menghadiahi kenaikan pangkat. Dan setelah usai konfrontasi Indonesia-Malaysia, dia dikembalikan ke Kodam VII (sekarang IV) Diponegoro, bertugas di Pomdam.

Bertugas dalam memenuhi pengabdian kepada bangsa dan negara membuat Sanjoto tak sempat memikirkan untuk punya rumah tinggal. Hingga pada saat tahun 1970, dia mendapatkan perintah dari komandannya untuk menempati rumah yang pernah digerebeknya saat awal Oktober 1965. Rumah di Jalan Belimbing Raya No 34 merupakan rumah yang disinggahi gembong PKI DN Aidit saat melarikan diri dari Jakarta hendak menuju Solo.

"Rumah ini pernah saya gerebek setelah mendengar Aidit singgah ke Semarang. Tapi sayangnya saya tiba ke sini rumah sudah dalam keadaan kosong. Kata tetangga tidak ada 1 jam penghuninya sudah meninggalkan rumah. Sejak itu rumah ini kosong sampai ada perintah di tahun 1970 untuk saya tempati," ujar Sanjoto.


Editor : Ahmad Antoni

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3 4
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network