Mayor Gunawan sedang melakukan penelitian terkait peralatan dan prosedur. Sebagai staf, Lettu Soegito melaksanakan sepenuhnya program yang tengah dijalankan komandannya.
Dia membantu riset untuk melihat kenyamanan penggunaan senapan jika ditambahkan peredam (silencer). Riset lainnya adalah mengenai airdrop resupply alias penerjunan untuk mengirimkan bekal ulang siang dan malam hari.
Riset sekitar dua minggu ini dilaksanakan di Lanud Halim Perdanakusuma dengan dropping zone (DZ) di sisi timur Halim yang berdekatan dengan lapangan golf. Selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Gagal latihan komando, namun malah memberikan kesempatan kepada Soegito untuk menambah jam terjun.
Sebagai salah seorang perwira yang bertanggung jawab dalam riset penerjunan, mau tidak mau ia harus total selama proses penelitian supaya bisa memberikan laporan lengkap kepada atasannya.
Soegito kemudian menyerahkan laporan hasil kegiatan kepada Mayor Gunawan. Saat membantu Mayor Gunawan dengan riset-risetnya inilah, Soegito mendapat perintah untuk membantu pemakaman tujuh Pahlawan Revolusi di TMP Kalibata pada 5 Oktober 1965.
Peristiwa pemakaman ini dikenang sebagai peringatan HUT TNI paling menyedihkan karena bertepatan dengan pemakaman para pahlawan revolusi. Dalam upacara itu, kebetulan sekali Soegito mendapat bagian menggotong peti jenazah Jenderal Ahmad Yani.
Baru saja selesai menjadi staf Mayor Gunawan, datang lagi perintah untuk membantu Mayor Inf Heru Sisnodo di Pusdik RPKAD di Batujajar.
Editor : Ahmad Antoni
nusakambangan ahmad yani pahlawan revolusi jenderal kopassus komando pasukan khusus kopassus Sarwo Edhie Wibowo hut tni tmp kalibata RPKAD
Artikel Terkait