"Dek Gito, nanti kalau mau latihan komando lagi, bila perlu apa-apa bilang saja kepada saya. Sekarang ikut saya jam terjun, sekalian nanti free fall," jelas Mayor Heru yang akrab disapa Soegito dengan panggilan Mas Heru.
Dengan membantu Mayor Heru, jam terjun Soegito semakin bertambah banyak. Anehnya Mayor Heru, kepada Soegito yang nyata-nyata mengikuti pelatihan komando malah diberi tugas merevisi kurikulum latihan komando.
Soegito keberatan, namun Mayor Heru dengan mengalihkan pembicaraan terkait rencana-rencana penerjunan. "Besok saya terjun, ikut ya,"ucapnya.
Dari kegiatannya membantu Mayor Gunawan dan Mayor Heru, Soegito mengalami peningkatan jumlah jam terjun yang sangat signifikan.
Bahkan dapat dibilang, kam terjun Soegito paling tinggi dari semua perwira lulusan AMN 61. Karena jam terjun yang cukup banyak itu, di kemudian hari di atas wing terjunnya ditambahkan bintang dan bintang merah sekembalinya Dili tahun 1976.
Di sela-sela tugas sambil menunggu dibukanya kembali pendidikan komando, Soegito memeriksakan ke dokter mencari tahu penyebab sakit di kakinya yang menyebabkannya gagal mengikuti pendidikan komando.
Hasil diagnosa dokter menyebutkan ia terkena malaria, yang salah satunya menyebabkan sakit di persendian kaki dan daya tahan tubuhnya menurun.
Editor : Ahmad Antoni
nusakambangan ahmad yani pahlawan revolusi jenderal kopassus komando pasukan khusus kopassus Sarwo Edhie Wibowo hut tni tmp kalibata RPKAD
Artikel Terkait