“Akhirnya mikir ini saya harus kerja apa ya. Singkat cerita saya lobi sebuah perusahaan di situ saya bilang ke manajemen limbahnya saya kelola. Alhamdulillah dari perusahaan tersebut saya diizinkan untuk mengelola limbah,” katanya.
Dia mengaku awalnya sempat bingung untuk mengelola limbah yang begitu banyak. Namun lambat laut menemukan solusi.
“Dari situ kita menggandeng warga. Karena kalau milih sendiri tak memungkinkan karena limbahnya banyak sekali, satu hari bisa dua truk kadang tiga truk. Kalau untuk dikonsumsi sendiri tak mungkin,” ujarnya.
Setiap pagi, puluhan warga Desa Ngroto telah mengantre di pinggir jalan untuk menunggu truk yang mengangkut tumpukan kain perca. Mereka kemudian berebut kain perca yang sudah dibungkus dengan karung.
Satu persatu tumpukan kain ini mereka bawa pulang untuk dilakukan pemilihan dan pemisahan limbah perca yang masih bisa dimanfaatkan dengan yang tidak.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait