Samin Surosentiko sendiri diceritakan berasal dari keturunan keraton. Dia keluar dari lingkungan keluarganya dan berbaur dengan masyarakat biasa. Setelah itu mengadakan perlawanan terhadap penjajah, Belanda.
"Intinya, leluhur kami menentang penjajahan Belanda. Karena tidak boleh membunuh karena ajarannya semua manusia yang ada di bumi merupakan saudara. Sehingga bisa tetap hidup harus menjalin bekerja sama," ujarnya dalam Bahasa Jawa.
Adapun perlawanan terhadap penjajahan, yakni dengan cara membangkang dengan tidak membayar pajak, menolak membenahi jalan dan menolak ikut ronda. Atau kebijakan apapun ditentang leluhur beserta pengikut, termasuk simbah-simbah dan buyutnya.
"Setelah dibuang ke Digul, kemudian di Sawah Lunto, Padang, Sumatera Barat, memberikan petuah nantinya ketika Indonesia merdeka harus mau membayar pajak dan kebijakan pemerintah lainnya," tuturnya.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait