SOLO, iNews.id – Kesehatan jantung menjadi perbincangan hangat setelah pemain sepakbola Denmark Christian Eriksen kolaps akibat cardiac arrest (henti jantung) saat pertandingan Piala Eropa. Masyarakat Indonesia lalu dikejutkan dengan meninggalnya mantan pebulutangkis nasional, Markis Kido karena serangan jantung.
Berkaca dari dua kejadian itu, dokter spesialis jantung Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Habibie Arifianto dr, SpJP (K) M.Kes mengingatkan ancaman kesehatan terhadap jantung sangat beragam dan berisiko dialami oleh sejumlah orang yang memiliki riwayat penyakit jantung.
Habibie menerangkan, pada kasus kolapsnya Christian Eriksen, penyebabnya adalah penebalan otot jantung yang tidak normal atau yang dalam istilah medis disebut sebagai kardiomiopati hipertrofi.
“Bukan merupakan serangan jantung. Kardiomiopati hipertrofi diakibatkan adanya jaringan ikat pada otot jantung, hal ini berakibat otot jantung menjadi sangat tebal dan berisiko mengalami gangguan irama pada saat aktivitas yang berlebihan. dalam hal ini olahraga, hingga mampu memicu henti jantung mendadak,” kata Habibie melalui siaran pers Humas UNS Solo, Kamis (17/6/2021).
Cardiac arrest yang dialami Eriksen, disebut Habibie biasa terjadi sejak usia remaja hingga tua. Ia mengingatkan, kelainan bawaan seperti kardiomiopati hipertrofi yang dapat mengakibatkan cardiac arrest bisa terjadi sejak usia anak-anak.
“Semakin bertambah usia akan semakin menebal hingga berisiko henti jantung mendadak saat usia remaja,” ucapnya.
pada kasus lain, cardiac arrest juga dapat disebabkan oleh aritmia atau gangguan irama pada jantung. Sedangkan pada kasus meninggalnya Markis Kido, Habibie menyampaikan serangan jantung disebabkan karena penyakit jantung koroner.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait