Jenderal Soedirman saat tiba di Jakarta pada 1 November 1946. (Foto: Istimewa)

Di bawah kepemimpinan Jenderal Soedirman, PETA telah menunjukkan kinerja yang sangat baik. Namun di bawah kepemimpinan Kusaeri, PETA berperang melawan Jepang pada tanggal 21 April 1945.

Masa Gerilya Mempertahankan Kemerdekaan

Setelah Jepang menyerah pada Perang Dunia II dan Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Jenderal Soedirman memerintahkan rekan-rekannya untuk pulang ke kampung halamannya masing-masing. Sedangkan Jenderal Soedirman menuju Jakarta. Di sana ia bertemu Presiden Sukarno, yang memintanya untuk memimpin perlawanan Jepang di wilayah kota. 

Namun Jenderal Soedirman menolak permintaan tersebut karena yakin dirinya tidak mempunyai kendali dan pengetahuan medan atas wilayah di Jakarta. Jenderal Sudirman kemudian mengusulkan kepada Presiden Soekarno untuk memimpin pasukan di Kroya yang masuk dalam wilayah Kabupaten Cilacap saat ini. 

Setelah itu, Jenderal Soedirman kembali dan bergabung dengan tentara pada tanggal 19 Agustus 1945. Saat itu, Belanda sedang berusaha kembali ke Indonesia bersama pasukan Inggris. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) membentuk tiga badan sebagai wadah perjuangan massa pada tanggal 22 Agustus 1945, yaitu Komite Nasional Indonesia (KNI), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Badan Keamanan Indonesia (BKR).

Sementara itu, Jenderal Soedirman membentuk divisi lokal di dalam BKR, setelah itu pasukannya digabung menjadi Divisi V pada tanggal 20 Oktober 1945 oleh Panglima Sementara Oerip Soemohardjo.

Ketika pasukan sekutu tiba di Indonesia dengan maksud awal melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda membonceng untuk turut campur kembali wilayah Indonesia. Akibatnya, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terlibat dalam pertempuran melawan pasukan sekutu, termasuk pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa pada Desember 1945 yang dipimpin Jenderal Soedirman.

Pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, serangan bersama dilakukan terhadap kedudukan Inggris, dan pertempuran yang berlangsung selama lima hari membuat pasukan Inggris terpaksa mundur ke Semarang.

Pada saat Belanda melancarkan Agresi Militer II, Ibukota Negara Republik Indonesia berada di Yogyakarta karena Jakarta telah jatuh. Pada saat itu, Jenderal Sudirman, pemimpin TKR, sedang sakit parah dengan hanya satu paru-paru yang masih berfungsi.

Selama Agresi Militer II Belanda, Yogyakarta juga jatuh ke tangan Belanda, dan Bung Karno, Bung Hatta, serta beberapa anggota kabinet ditawan. Meskipun Presiden Soekarno menyarankan Soedirman untuk tinggal dan mendapatkan perawatan medis, Sudirman merasa dorongan hatinya untuk melawan Belanda dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin TKR lebih penting.


Editor : Kastolani Marzuki

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network