SEMARANG, iNews.id – Raut ekspresi wajah rumah Kapten CPM Purn Sanjoto (93) tampak semringah saat dikunjungi Komandan Batalion Infanteri (Danyonif) Raider 400/Banteng Raiders, Letkol Inf Mohammad Zainollah. Dia juga merasa terharu saat tangannya dicium Letkol Zainulloh.
Kedatangan orang nomor satu di satuan pasukan pemukul Kodam IV Diponegoro ini merupakan silaturahmi prajurit kepada sesepuh TNI atau veteran perang.
Kapten Sanjoto merupakan sopir Presiden pertama RI Ir Soekarno (Bung Karno). Dia juga dikenal sangat dekat dengan Jenderal Anumerta Ahmad Yani sebagai pendiri Batalyon Infanteri Banteng Raiders.
Sanjoto adalah penerima Bintang Sewindu yang merupakan cikal bakal TNI dan Bintang Gerilya karena sebagai pelaku Perang Gerilya bersama Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Sanjoto mengawali berjuang bergabung dalam Angkatan Muda/Pelajar Surakarta. Karena berhasil mengambil alih dan menduduki markas Kenpetai Jepang di Surakarta tahun 1945, maka kemudian dia bergabung dalam pasukan Polisi Tentara atau PT. PT inilah yang kemudian menjadi Corps Polisi Militer atau CPM.
Selama menjadi PT, Sanjoto yang kala itu berpangkat Letnan Muda bertugas sebagai pasukan Pengamanan Rute Gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman untuk wilayah Surakarta yang meliputi juga wilayah Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri hingga perbatasan dengan Jawa Timur.
Usai Perang Kemerdekaan, Sanjoto pernah mengalami penurunan pangkat dari Letnan Muda menjadi Sersan Dua pada saat Rekonstruksi dan Rasionalisasi (Rera) organisasi TNI.
Sementara, kunjungan silaturahmi Danyonif Raiders 400/BR ini merupakan yang kedua setelah yang pertama dilakukan Mayjen TNI Widi Prasetijono saat masih menjabat Kasdam IV Diponegoro berpangkat Brigjen TNI.
“Saya datang bersama para perwira staf untuk silaturahmi dengan beliau yang pernah bertugas melayani bapak alm Ahmad Yani selaku pendiri Banteng Raiders. Bahkan beliau juga menjadi saksi ketika bertugas menumpas DI/TII di wilayah Tegal atau Slawi,” kata Zainollah, Senin (14/8)
Banyak kisah yang digali dari perjumpaan silaturahmi ini. Sanjoto bahkan menceritakan karakter Ahmad Yani yang supel, ramah namun tegas. “Beliau itu sangat tegas dan memiliki semangat pantang menyerah bila melakukan tugas negara. Tidak ada kata menyerah bagi beliau,” kata perwirah menengah berdarah Kopassus ini.
Ini terbukti ketika mendapat tugas menumpas DI/TII di Slawi Tegal, cukup 2 hari sudah dapat dihancurkan. Hingga Bung Karno pun mengapresiasi dan melakukan inspeksi pasukan ke Slawi. “Saya sendiri yang menyopiri Bung Karno saat beliau menjumpai Pak Ahmad Yani dan pasukannya,” kisah Sanjoto.
Antara Sanjoto dengan Ahmad Yani sudah saling mengenal lantaran sama-sama tugas di Tegal saat penumpasan DI/TII. Di Detasemen Polisi Militer Tegal, Ahmad Yani pernah membuat SIM Militer dan yang menguji adalah Sanjoto yang berpangkat Sersan.
Pertemuan kedua saat di Singkawang dalam propaganda Ganyang Malaysia tahun 1963an. Di sinilah kemudian Sanjoto dipanggil Ahmad Yani dan diberi hadiah kenaikan pangkat dan berhasil pulang ke Jawa untuk ditugaskan kembali di wilayah Pomdam VII Diponegoro.
Zainollah sangat berterima kasih atas kisah yang disampaikan tentang Jenderal Ahmad Yani dari veteran Sanjoto. “Ini kisah dari sosok yang mengenal langsung Bapak Banteng Raiders. Saya dan seluruh anggota, termasuk perwira staf perlu mewarisi sifat dan sikap kepemimpinan pendiri Banteng Raiders,” ujar Letkol Zainollah.
“Apalagi tentang semangat yang pantang menyerah atau pantang mundur. Kami semakin yakin bahwa sesanti Pantang Mundur adalah nilai yang diwariskan Bapak Banteng, Alm Jenderal TNI Ahmad Yani,” ujarnya.
Editor : Ahmad Antoni
danyonif batalyon raider banteng raider banteng raiders Mohammad Zainollah veteran perang bung karno ahmad yani jenderal soedirman Sanjoto
Artikel Terkait