Pada kesempatan bermarkas di Tegal, Pak Yani sempat ujian SIM MIliter dan saya lah yang menguji dan mengajari nyetir mobil. Maka pada saat berpangkat Letnan Jenderal menjabat Panglima TNI AD dipertemukan kembali saat persiapan konfrontasi dengan Malaysia di Kalimantan," kenang Sanjoto.
Di hadapan para perwira lain, Sanjoto yang saat itu ikut pengamanan langsung diperkenalkan. "Ini CPM Belor pernah menguji dan mengajari saya mengemudi saat di GBN (Gerakan Banteng Nasional) Tegal. Dia yang meluluskan saya dan menyerahkan SIM Militer," ujar Ahmad Yani ditirukan Sanjoto.
Karena pertemuannya dengan Pimpinan TNI AD saat itu, tak lama Sanjoto menerima kenaikan pangkat Sersan Mayor (Serma). Padahal saat itu dia juga belum lama naik pangkat menjadi Sersan Kepala (Serka). Bahkan usai konfrontasi, Sanjoto menerima Surat Keputusan pindah tugas kembali ke wilayah Jawa di Kodam VII Diponegoro (sekarang Kodam IV).
Bagi Ahmad Yani, pertemuannya dengan Sanjoto memang tidak sekali-dua kali. Saat gerilya di wilayah Surakarta dan sekitarnya hingga perbatasan Jawa Timur, Sanjoto yang kala itu berpangkat Letnan Muda bertugas sebagai pengaman rute gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman.
Sanyoto lah yang mencarikan jalur aman bagi perjalanan gerilya Sang Jenderal. Maka dari itu, Sanjoto sering berhubungan dan dekat dengan para pimpinan TNI AD saat itu, seperti Jenderal Gatot Soebroto yang pernah menghadiahi arloji saat menghadap untuk melaporkan dituasi di Desa Matesih tahun 1948.
Editor : Ahmad Antoni
yonif raider 400 banteng raider banteng raiders Mohammad Zainollah legiun veteran republik indonesia Sanjoto jenderal ahmad yani pasukan elite kodam IV Diponegoro tni ad
Artikel Terkait