Menurutnya, karena pencipta kain yakni Iwan Tirta ini dalam membuat karya terpengaruh dari budaya motif batik terdahulu Kraton Solo- Jogja yang kuat meskipun ada kombinasi pengaruh motif batik Pesisir berupa motif phoenix ini.
"Kain ini ada pengaruh batik peranakan Tionghoa, motif banji dengan teknik hasil karya Iwan Tirta yang ada pengaruh pedalaman Kraton yang penuh akan filosofinya sebagai lambang keabadian (phoenix) dan penjagaan. Motif kain ini menggambarkan penjagaan atau pelestarian agar bisa kekal abadi selama-lamanya," paparnya.
Sementara itu, Meutia Farida Hatta menuturkan bahwa koleksi kain yang diberikan ini merupakan koleksi pribadi yang sering digunakan oleh sang ibu, Rachmi Hatta pada acara-acara penting seperti momentum pernikahanan, upacara kenegaraan saat mendampingi Bung Hatta selama masih menjadi Wakil Presiden Indonesia pertama.
"Motif kain ini pernah digunakan ibu saya untuk menghadiri resepsi maupun upacara 17 Agustus di Istana Presiden kala itu," ujar Meutia yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dalam Kabinet Indonesia Bersatu.
Meutia menyebutkan, pemberian kain batik ke Museum Batik Pekalongan ini dilatarbelakangi karena pilihan sang ibu, Rachmi Hatta untuk bisa tetap menyimpan karya sang maestro batik, Iwan Tirta sebagai upaya pelestarian (konservasi) budaya agar bisa lebih awet dan terawat.
"Usia kain ini sekitar 33 tahun dan sangat istimewa kainnya dari sutra alam, simbolnya sangat bermakna adanya motif phoenix dan baji yang melambangkan keberkahan dan keabadian,” ujar Meutia.
“Mudah-mudahan tambahan koleksi kain ini bisa dinikmati di Museum Batik Pekalongan dan bisa menginspirasi masyarakat lain untuk tetap melestarikan budaya batik terutama dari hasil karya sang maestro-maestro yang sudah ada," ujarnya.
Editor : Ahmad Antoni
Museum Batik Pekalongan kain batik selendang wakil presiden bung hatta meutia farida hatta koleksi istana presiden
Artikel Terkait