Dikatakannya, Chidni tahun 2015 bersama rekan rekannya meneliti alat CPAP dan menyatakan mempunyai kekurangan, yakni alat tersebut belum terintegrasi loT. Studi lain menyatakan alat tersebut hanya dapat digunakan sekali.
“Oleh karena itu, kami menambahkan fasilitas sensor oksigen dan sensor saturasi oksigen (SpO2). Helm CPAP akan berbasis internet of things, sehingga hasil pengukuran sensor langsung dapat dilihat melalui smartphone,”katanya.
Alat ini dapat digunakan berulang dengan penggantian tabung dan perekat leher. Dirinya berharap alat yang diciptakan dapat membantu para tenaga medis dan penyedia alat kesehatan dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Lebih jauh dijelaskan, keunggulan dari desain 3D helm CPAP antara lain desain untuk memudahkan proses perakitan dan pembongkaran. Material kompatibel terhadap tubuh pasien, dapat digunakan berkali kali dengan mensterilkan komponen helm CPAP.
“Kecuali pada tabung dan perekat leher pasien yang harus diganti saat akan digunakan kembali,” ucapnya.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait