Perjalanan karier politik
Ganjar aktif di organisasi Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) dan mengagumi sosok Soekarno juga merupakan simpatisan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pada 1996, PDI dilanda konflik internal antara pendukung Soerjadi dan Megawati Soekarnoputri sebagai representasi dari sosok Bung Karno.
Ganjar berada di kubu Megawati, meskipun pada kenyataannya ayah Ganjar merupakan seorang polisi dan kakaknya merupakan seorang hakim yang mana oleh Orde Baru (Orba) seluruh pejabat publik dilarang berpolitik dan harus mendukung Golkar.
Pada akhirnya Ganjar memilih berkarier politik melalui Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri. Pada November 2014, tepatnya ketika kongres Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) di Kendari, Ganjar terpilih melalui musyawarah menggantikan Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai ketua umum periode 2014-2019.
Ganjar terpilih melalui musyawarah mufakat bersama tiga calon ketua umum lainnya, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono X yang merupakan Ketua Umum KAGAMA periode 2009 -2014, Budi Karya Sumadi yang merupakan Ketua Pengda KAGAMA DKI Jakarta dan Usman Rianse yang merupakan Pengda KAGAMA Sulawesi Tenggara.
Musyawarah tersebut bertempat di Hotel Grand Clarion, Kendari, Sulawesi Tenggara pada Sabtu, 8 November 2014. Setelah terpilih Ganjar memberikan sambutannya yang menyatakan program kerja KAGAMA janganlah sampai melupakan nilai-nilai dari perjuangan, kerakyatan dan kebangsaan yang sudah diajarkan oleh Universitas Gadjah Mada.
Pada 2004, Ganjar mencalonkan sebagai anggota DPR namun tidak lolos. Ganjar kemudian menerima tugas sebagai pengganti antar waktu (PAW) untuk menggantikan rekan separtainya dari daerah pemilihan (dapil) yang sama, yaitu Jakob Tobing.
Jakob saat itu ditugaskan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri menjadi Duta Besar (Dubes) untuk Korea Selatan. Saat menjadi anggota DPR periode 2004-2009, Ganjar ditugaskan di Komisi IV yang turut mengawasi bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan dan pangan.
Ganjar juga pernah ditempatkan pada Pansus RUU Partai Politik sebagai ketua. Pernah juga ditugaskan menjadi anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR dan Ketua Pansus tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD di DPR.
Pada periode kedua sebagai anggota DPR, Ganjar ditempatkan pada Komisi II yang mengawasi bidang Pemerintahan Dalam Negeri, Otonomi Daerah, Aparatur Negara, Reformasi Birokrasi, Pemilu, Pertanahan dan Reforma Agraria.
Ganjar mulai dikenal oleh publik saat menjadi anggota Pansus Hak Angket Bank Century sekaligus menjadi Wakil Ketua Komisi II DPR. Saat itu, Ganjar sebagai mahasiswa pascasarjana di FISIP UI sejak 2009, namunterpaksa cuti karena kesibukannya sebagai anggota DPR.
Meski menjadi anggota DPR, Ganjar memiliki kesibukan yang cukup padat, tetap melanjutkan studinya sampai mampu menyelesaikan studi pascasarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia pada 2013.
Selanjutnya Ganjar maju sebagai calon gubernur pada Pilgub Jateng. Ganjar menggandeng Heru Sudjatmoko yang diusung oleh PDIP. Ganjar dan Heru dikenal dengan jargon Mboten Korupsi Mboten Ngapusi yang artinya tidak korupsi tidak membohongi.
Keduanya menjadi pemenang dengan perolehan suara mencapai 48,82%. Pada Jum’at, 23 Agustus 2013 dilaksanakan pelantikan Ganjar dan Heru sebagai Gubernur oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi di DPRD Jateng, Jalan Pahlawan, Semarang.
Pilgub Jateng berikutnya, dia kembali maju berpasangan dengan Taj Yasin Maimoen yang merupakan anggota DPRD Jatengperiode 2014-2019 dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Kemenangan kembali berpihak pada Ganjar dengan perolehan suara 58,78% atau 10.362.694 suara. Ganjar dan Taj Yasin resmi menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jateng periode 2018-2023.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait