“Saya bangga melihat tradisi yang syarat makna ini. Weh-wehan mengajarkan nilai berbagi, memperkuat silaturahmi, dan patut terus dilestarikan,” ucap Bupati Dyah.
Weh-wehan diyakini pertama kali dipopulerkan oleh Mbah Akhmad Rukyat sebagai bentuk ajaran tenggang rasa, kebersamaan, serta kepedulian antarsesama. Tak heran bila warga Kaliwungu menyebut tradisi ini sebagai hari raya kedua setelah Idul Fitri, karena suasana kampung begitu meriah dengan aktivitas saling memberi dan berbagi makanan.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait