PEKALONGAN, iNews.id – Bubur suro menjadi hidangan khas penuh makna saat menyambut tanggal 10 Muharam. Masyarakat Pekalongan bergotong royong membuat makanan tersebut lalu didoakan dan dimakan bersama.
Bulan Muharam sangat spesial bagi umat Islam karena dirayakan sebagai pergantian tahun. Pada hari ke-10 bulan Muharam, umat Islam merayakan hari Asyura yang disunahkan menjalankan puasa.
Masyarakat Pekalongan memperingati hari Asyura di antaranya dengan membuat bubur asyura atau biasa disebut bubur suro. Tradisi memasak bubur suro semakin langka, namun warga kampung di Pekuncen, Wiradesa, Kabupaten Pekalongan masih melestarikan tradisi ini.
Warga setempat terus menjaga tradisi tersebut agar tidak hilang. Sebab budaya ini penuh makna dan mengandung filosofi baik. Antara lain mempererat silaturahmi, mendoakan alam dan seisinya, khususnya untuk keselamatan dan kesejahteraan warga.
Untuk memasak bubur suro, prosesnya sejak pagi hingga beberapa jam dengan cara gotong royong oleh warga, terutama ibu-ibu. Bahan baku yang dimasak adalah beras, kacang tanah, jagung, ketela, singkong, talas direbus dan diaduk secara terus menerus hingga tercampur rata.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait