Sejarah Kesultanan Surakarta, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Kota Solo. Foto: dok.

Pemindahan keraton dari Kartasura ke Desa Sala dengan berbagai pertimbangan. Pertama, menurut ahli nujum Raden Tumenggung Hanggawangsa, kerajaan itu menjadi baik, ramai, makmur. Meskipun kekuasaan raja tidak seberapa luas, namun dapat berlangsung lama. Kedua, Desa Sala terletak di dekat tempuran, tempat bertemunya dua Sungai Pepe dan Sungai Bengawan Solo. 

Menurut mistik Jawa, tempuran mempunyai arti magis dan tempat-tempat di dekatnya dianggap keramat. Ketiga, letak Desa Sala dekat dengan Bengawan Solo, sebuah sungai terpanjang di Jawa yang sejak zaman dahulu mempunyai arti penting sebagai penghubung antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Fungsi sebagai penghubung dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, antara lain ekonomi, sosial, politik, dan militer. Sampai abad ke-19, bepergian lewat sungai lebih aman daripada melewati jalur darat.

Alasan keempat, Sala telah menjadi desa sehingga untuk mendirikan keraton tidak diperlukan tenaga untuk pembabat hutan yang didatangkan dari tempat lain. Selain Semanggi, di dekat Sala juga terdapat desa-desa penting yang telah ada sejak zaman Kartasura, yaitu Baturana dan Gabudan. Keduanya ditempati abdi dalem pembuat babud (permadani). 

Alasan kelima, supaya kebijakan VOC yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan mudah, agar pusat kota Mataram yang baru mudah dicapai dari Semarang dan harus dijaga, sehingga pemerintah mudah mengirim bala bantuannya karena Semarang dikenal sebagai jalan masuk menuju Mataram. 

Keenam, orang Jawa percaya bahwa keadaan tanah berpengaruh pada penghuni rumah yang didirikan di atas tanah itu. Tanah di Desa Sala dianggap layak, sehingga dibangun keraton di wilayah ini.

Sejarah Kesultanan Surakarta, Pada tahun 1744 Pakubuwono II membangun pusat pemerintahan baru di Desa Sala (Solo) dekat Sungai Bengawan Solo. Daerah ini kemudian dikenal juga dengan nama Surakarta. Dibangunnya istana di Surakarta menandai berdirinya Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Pemerintahan Pakubuwono II sebagai penguasa pertama Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo), masih diwarnai polemik internal antara sesama trah Mataram. 

Saudara tiri Pakubuwono II, yakni Pangeran Mangkubumi menuntut tahta Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Sementara, Pakubuwono II menunjuk putranya, Raden Mas Suryadi sebagai putra mahkota. Pangeran Mangkubumi tidak menerima keputusan itu, sehingga pada tahun 1746 ia meninggalkan istana dan mendirikan pemerintahan tandingan di Yogyakarta. 


Editor : Ary Wahyu Wibowo

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network