Dari kiri-kanan: Budanco Munadi (mantan Gubernur Jateng), Wongsonegoro (Wakil Residen Semarang), dan Jatikusumo. (foto: Istimewa)

SEMARANG, iNews.id Sejarah pertempuran lima hari di Semarang memiliki banyak kisah heroik untuk diketahui. Hari ini, 14 Oktober menjadi momen mengenang perjuangan rakyat Semarang dalam mempertahankan Kemerdekaan RI.

Momentum 77 tahun yang lalu, tepatnya pada 14 Oktober 1945, rakyat Semarang dari berbagai latar belakang bersatu bulat melakukan perlawanan sengit terhadap tentara Jepang yang menduduki Kota Semarang. 

Ketika itu, Minggu (14/10/1945) sekitar pukul 09.00 WIB para pemuda dipimpin Mr Wongsonegoro yang saat itu menjabat Gubernur Jawa Tengah (Jateng) mendatangi markas Kido Butai di Jatingaleh bersama ratusan pemuda untuk meminta penyerahan senjata Jepang. 

Mereka menganggap, sejak Jepang kalah dari sekutu akibat pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, maka kekuasaan Jepang atas Indonesia runtuh. Para pemuda pun menagih janji Jepang sebagai saudara tertua dengan menyerahkan persenjataan yang dimiliki sebagai bekal perjuangannya mempertahankan Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Namun Jepang yang ada di luar Semarang dengan Jepang Kido Butai yang bermarkas di Jatingaleh berbeda. 

Pasukan Kido Butai pimpinan Mayor Kido tak mau menyerahkan senjata. Alasannya karena pasukan Kido merupakan bala tentara yang memiliki kualifikasi khusus atau semacam pasukan tempur komando. Jadi tabu menyerahkan senjata begitu saja tanpa peperangan.

Para pemuda pun marah dan Mayor Kido mengambil siasat untuk menenangkan pemuda dan agar tak jadi pertikaian. Akhirnya senjata-senjata yang rusak diserahkan pada pemuda. Mereka kegirangan tanpa menyadari kalau senjata yang diserahkan dalam kondisi rusak. 


Editor : Ahmad Antoni

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network