Dilansir dari surakarta.go.id, tradisi Sekaten digunakan Wali Songo untuk menarik perhatian masyarakat terhadap agama Islam. Sekaten dipercaya sebagai gabungan dari kesenian dan dakwah. Melalui acara ini, masyarakat diperkenalkan agama Islam.
Upacara sekaten dimulai dengan dikeluarkannya gamelan pusaka yang kemudian dibawa ke Masjid Agung keraton. Awalnya, gamelan akan dibunyikan sebagai tanda dimulainya upacara sekaten. Gamelan sekaten akan dibunyikan sejak pukul 16.00 sampai sekitar jam 23.00 waktu setempat pada 5 rabiul awal.
Gamelan akan berhenti berbunyi jika waktu salat tiba dan pada hari Jumat. Lalu, pada tahapan terakhir sebelum masuk ke acara puncak, akan diadakan pengembalian gamelan sekaten. Ketika gamelan sekaten selesai dikembalikan, maka artinya upacara Sekaten telah selesai. Acara ini dilaksanakan pada tanggal 1 Rabiul Awal pukul 23.00 waktu setempat.
Dalam upacara tradisional Sekaten, terdapat rangkaian acara di dalamnya. Acara tersebut salah satunya adalah grebeg mulud. Grebeg Mulud memiliki beberapa tahapan di dalamnya, yaitu Gladi Resik, Numpak Wajik, serta Miyosipun Hajad Dalem.
Rangkaian pertama adalah gladi resik, yang mana dilangsungkan pada tanggal 1 hingga 8 bulan Mulud. Lalu pada 9 Mulud, pelaksanaan gladi resik diistirahatkan. Dan pada 10 Mulud akan dilaksanakan kembali gladi resik. Pelaksanaan ini diistirahatkan kembali pada 11 Mulud, untuk mempersiapkan pelaksanaan Grebeg Mulud.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait