Pesilat cilik PS Naga Hitam, Geasa Maharani saat bertarung dalam ujian kenaikan tingkat di Asrama TNI AD Mrican Semarang. (Istimewa)

SEMARANG, iNews.id – Kecil-kecil cabai rawit, biarpun kecil tapi pemberani. Ungkapan itu sepertinya layak untuk disematkan pada Geasa Maharani, pesilat dari Perguruan Silat (PS) Naga Hitam Semarang.

Geasa, gadis kecil yang masih berusia 4 tahun 3 bulan tampil berani saat mengikuti ujian kenaikan tingkat di Asrama TNI AD Mrican, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (28/3/2021).

Untuk mendapatkan sabuk kuning, Geasa harus lulus dari ujian pertarungan bebas. Menariknya, sang penguji adalah pelatih PS Naga Hitam yang juga ayahnya yakni Kapten Inf Taufik Nur Hidayat.

Tentu, ‘duel’ anak dengan sang ayah berlangsung cukup seru dan menarik. Geasa tampak bersemangat dan ulet dalam mengeluarkan jurus-jurusnya. Akhirnya Geasa pun mendapatkan sabuk kuning yang disematkan oleh  Ketua Umum PS Naga Hitam, Suwarto.

Menurut Taufik, putrinya mengikuti latihan sejak umur 2,5 tahun. "Awalnya hanya ikut-ikutan, namun akhirnya terasah juga dan sudah memiliki mental bertanding dengan usia di atasnya. Saya pun mendukung agar kelah bisa berprestasi," kata Taufik. 

Taufiq yang juga Koordinator dan Pelatih Ranting Asrama TNI AD Mrican mengatakan, Ranting Asrama TNI AD Mricam memiliki hampir 50 murid dari usia 6 tahun hingga usia Sekolah Dasar. Selain itu juga terdapat murid usia SMP hingga dewasa. 
 
"Mereka ini kami latih dan proyeksikan sebagai atlet silat. Jadi gemblengan latihan kami arahkan untuk pencapaian prestasi, baik peragaan jurus maupun fight atau pertarungan,” katanya.

“Maka mereka sejak dini juga kami perkenalkan pertarungan bebas agar terbentuk kesiapan mentalnya dalam mengaplikasikan seni bela diri dalam pertandingan-pertandingan," ujar pemegang Sabuk Hitam Strip Dua Merah (Combat) ini.

Sementara itu, pada tasyakuran pembentukan tempat latihan Ranting Asrama TNI AD Mrican Semarang, sebelum ditandai pemotongan tumpeng dan doa bersama, digelar latihan bersama dan pengenalan pertarungan bebas. 
 
Bagi anak-anak yang usianya di bawah 7 tahun juga dikenalkan pertarungan bebas meski hanya 2 hingga 3 ronde dengan masing-masing ronde sekitar 1 menit.

Para murid di bawah usia 12 tahun umumnya semangat mengikuti fight  atau randori. 

"Dalam pengenalan pertarungan bebas ini kami sengaja tidak mengenakan alat pelindung, karena mereka sudah kami atur apa-apa saja yang boleh dipukul dan ditendang, serta bagian mana saja yang dilarang untuk ditendang maupun dipukul. Pertarungan bebas ini hanya sekadar membiasakan mental yang siap menghadapi pertarungan dalam konteks pertandingan bukan untuk perkelahian," kata Taufik.

Ketua Umum PS Naga Hitam  Suwarto optimistis, anak didiknya akan menjadi pesilat-pesilat yang berprestasi. Hal tersebut terlihat dari semangatnya serta dukungan para orang tua. 

"Mereka masuk PS Naga Hitam umumnya bukan untuk bekal bisa berkelahi, melainkan untuk mencari prestasi melalui pertandingan-pertandingan,” kata Suwarto.

“Sebab prestasi bagi anak-anak dan orang tua merupakan nilai kebanggaan dan dinilai bisa membantu masa depan anak-anak untuk mencari sekolah," katanya.

Sementara itu, sekitar 100 pesilat usia dini hingga remaja mengikuti tasyakuran terbentuknya tempat latihan Perguruan Silat Naga Hitam di Asrama TNI AD Mrican Semarang. Usai latihan bersama dan tasyakuran, acara dilanjut ujian kenaikan tingkat. 


Editor : Ahmad Antoni

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network