PURWOKERTO, iNews.id - Ada tradisi unik sekelompok anak-anak dan remaja di Desa Bobosan, Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas. Mereka melakukan perang sarung usai salat subuh dan jalan-jalan.
Kegiatan ini dilakukan untuk penyemangat agar mereka berolah raga ringan di pagi hari meski berpuasa. Perang sarung yang berlangsung dengan kesepakatan-kesepakatan dan aturan-aturan ini juga berakhir dengan saling memaafkan.
Keseruan perang sarung ini biasanya dilakukan mereka di jalan di tengah area persawahan. Dalam perang sarung ini, ada dua kubu yaitu kubu Desa Beji dan Desa Bobosan.
Mereka bertemu di tengah jalan persawahan dan melakukan kesepakatan perang sarung dengan aturan yang mereka buat.
Aturan main dalam perang sarung adalah sarung yang diikat bagian ujungnya tidak boleh diberi benda keras di dalam ikatan sarung. Permainan antar lawan disepakati jumlahnya 5 orang atau 1 lawan 1. Postur tubuh pemain perang sarung juga diatur yaitu anak-anak lawan anak-anak dan terakhir remaja-lawan remaja.
Perang sarung selesai setelah salah satu pemain ada yang mengangkat tangan tanda menyerah atau sarungnya terjatuh dan masing-masing kubu harus menghentikan permainan.
Setelah tercapai kesepakatan, perang pun dimulai. Mereka saling gebuk dengan sarung ke masing-masing tubuh lawannya tanpa boleh terkena bagian kepala. Serunya, mereka yang terpukul justru ada yang tertawa-tawa karena tidak merasa sakit.
“Namun saat posisi salah satu lawan terdesak, mereka mundur dan melarikan diri terbirit-birit. Kubu musuh pun tidak mengejar,” Kenzo, peserta perang sarung, Kamis (23/3/2023).
“Pada akhir perang sarung ini, masing-masing kubu kembali bertemu dan saling bersalaman untuk saling bermaaf-maafan,” katanya.
Sebelum perang sarung, mereka melakukan semacam pemanasan dengan cara memutar-mutar sarung mereka. Sementara para penonton masing-masing kubu juga memberi semangat pada pemain. Perang sarung ini sendiri dilakukan mereka pada setiap awal tanggal 1 Ramadhan.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait