SALATIGA, iNews.id - Sejumlah buruh di Kota Salatiga menolak rencana pemerintah menghapus bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan pertalite. Alasannya, biaya operasional kerja meningkat jika membeli pertamax atau bahan bakar yang lebih mahal.
Winoto (35) salah seorang buruh pabrik menuturkan, penghapusan BBM jenis premium dan pertalite akan berdampak luas terhadap perekonomian masyarakat, khususnya kalangan menengah ke bawah. Sebab pengeluaran untuk membeli BBM meningkat. Sementara, pendapatan hanya meningkat sedikit.
"Jika pertalite di hapus dan Pertamina hanya menjual Pertamax yang harganya lebih mahal ketimbang pertalite, jelas akan berdampak pada warga berpenghasilan rendah. Saya pribadi tidak setuju," kata Winoto saat ditemui di salah satu SPBU di Salatiga, Senin (27/12/2021).
Menurutnya, pemerintah harus mempertimbangkan nasib masyarakat berpenghasilan rendah sebelum merealisasikan rencana tersebut. Artinya, kebijakan yang ambil jangan menyulitkan rakyat kecil.
"Kalau pertalite dihapus, ya silahkan. Tapi tolong naikkan lagi upah buruh. Atau berikan subsidi BBM untuk warga berpenghasilan rendah. Jangan sampai pertalite dihapus tapi tidak ada solusi untuk warga berpenghasilan rendah," ujarnya.
Hal senada dikatakan Priyono (29) pekerja di salah satu pabrik di Salatiga. Dia meminta pemerintah menaikkan upah pekerja jika nantinya Pertamina hanya menjual BBM jenis Pertamax atau jenis lainnya yang harganya mahal.
Sebabnya kalau setiap hari dipaksa untuk menggunakan Pertamax sementara penghasilan tetap, jelas memberatkan masyarakat. "Ya mudah-mudahan rencana itu dibatalkan. Kalaui direalisasikan, tolong naikkan upah pekerja sesuai dengan peningkatan biaya kebutuhan hidup layak," ucapnya.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait