Aparat kepolisian bersama petugas pam swakarsa kewalahan melerai kericuhan, karena jumlah warga yang jauh lebih banyak. Warga berhasil dibubarkan justru karena aksi sejumlah ibu-ibu membersihkan jalan dengan sapu.
“Meski sempat terlibat bentrok, warga akan kembali rukun tanpa ada dendam,” kata Kepala Desa Banyumanis, Subandrio. “Bentrokan antar warga ini sudah menjadi bagian yang sulit dihindari setiap tradisi jembul manis digelar karena hanya emosi sesaat,” katanya.
Masyarakat Desa Banyumanis menyebut perebutan golek raja ini dengan istilah tradisi jembul manis. Tradisi jembul manis menjadi bagian dari rangkaian sedekah bumi warga Desa Banyumanis yang akan terus dijaga kelestariannya.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait