12 Upacara Adat Jawa Tengah, Ada Ruwatan Mengusir Hawa Jahat Buto Ijo
Istilah kenduren tentunya tak asing lagi bagi beberapa orang yang tinggal di tanah Jawa. Kenduren atau yang lebih sering dikenal dengan nama Selametan ini merupakan sebuah kegiatan dimana diadakan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama atau kepala suku.
Pada zaman dahulu, di upacara Kenduren selalu disajikan sesaji sebagai persembahan. Setelah dilebur bersama dengan budaya Islam, kenduren berubah dari menyiapkan sesaji menjadi acara makan bersama setelah acara doa selesai dilakukan.
Tradisi Jawa Tengah yang berikutnya yaitu tradisi brobosan. Tradisi ini dapat dikatakan cukup unik dan masih dapat dijumpai hingga kini karena memang sudah menjadi kebiasaan atau adat istiadat yang selalu dilakukan.
Tradisi brobosan merupakan tradisi di mana ketika ada saudara atau kerabat yang meninggal, kita harus menerobos melewati bawah jenazah. Jadi, nantinya jenazah harus diangkat dengan tandu atau peti matinya harus diangkat tinggi.
Kemudian, anak dan cucu dari orang yang sudah meninggal tersebut diharuskan untuk menerobos ke bawah kolong melewati jenazah. Hal ini harus dilakukan sebanyak tiga kali. Tujuannya untuk menghormati kepergian jenazah dan mengikhlaskan kepergiannya.
Tradisi Jawa Tengah yang satu ini dapat juga dijumpai di daerah Jawa Timur. Upacara Tedak Siten merupakan tradisi yang dilakukan oleh orang tua saat anaknya sudah menginjak usia tujuh bulan.
Upacara ini juga dikenal dengan nama upacara turun tanah karena bertujuan untuk mengenalkan kepada anak tanah yang dia pijak.
Upacara dilakukan di pagi hari sesuai dengan tanggal dan hari kelahiran anak. Tradisi tedak siten selalu dilengkapi dengan aneka kuliner yang disajikan seperti nasi kuning, jenang boro-boro, dan masih banyak lagi.
Upacara adat Jawa Tengah yang berikutnya, yaitu Mubeng Beteng. Tradisi ini selalu dilakukan pada malam satu suro sehingga sering dinamakan dengan nama tradisi malam satu suro.
Tradisi Jawa Tengah ini ada di Yogyakarta dan dilakukan dengan cara mengelilingi benteng atau keraton Yogyakarta. Kegiatan dilakukan sebagai simbol dari refleksi serta intropeksi diri.
Saat melakukan mubeng beteng, kalian tak boleh berbicara dan makan atau minum selama melakukannya hingga rangkain upacara selesai dilakukan.
Itulah beberapa tradisi Jawa Tengah yang hingga saat ini masih ada dan terus dilestarikan.
Editor: Kurnia Illahi