32 Anak STM-Mahasiswa Ditangkap usai Ricuh Demo Semarang, Rektor Datangi Kantor Polisi
SEMARANG, iNews.id - Sebanyak 32 orang demonstran ditangkap polisi buntut aksi demo ricuh di Kota Semarang, Senin (26/6/2024). Mereka semua menjalani pemeriksaan di Polrestabes Semarang usai menyuarakan aksi kekecewaan pada pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berujung kericuhan.
Kepala Bidang Humas Polda Jateng Kombes Pol Artanto mengatakan, puluhan orang yang ditangkap perinciannya terdiri atas 22 siswa STM/SMK dan 10 mahasiswa.
“Total semua 32 orang,” kata dia di Polda Jateng, Selasa (27/8/2024).
Dia menyebut para orang tua anak-anak STM akan dipanggil hari ini ke Polrestabes Semarang untuk dimintai keterangan. Termasuk di antaranya mendalami tujuan anak-anak mereka mengikuti demonstrasi.
“Bersama orang tuanya, anak itu akan diwawancara atau interview penyidik soal maksud dan tujuan datang ke acara atau unjuk rasa itu apa, padahal tidak ada hubungannya dengan anak SMK,” katanya.
Polda Jateng menyebut situasi Kota Semarang sudah kembali kondusif. Aktivitas warga di sekitaran Balai Kota Semarang sudah normal kembali.
Di sisi lain, Rektor Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang Prof Gunarto dan tim mendatangi Polrestabes Semarang, Selasa (27/8/2024). Mereka meminta polisi segera membebaskan mahasiswa yang terlibat aksi demo.
Dia meminta polisi menerapkan restorative justice. Salah satu pertimbangannya; para mahasiswa itu sedang menyampaikan aspirasi soal kondisi negara. Aksi mereka ini perlu dikawal sebab menyuarakan aspirasi masyarakat luas, tak hanya Kota Semarang dan Jateng, namun suara rakyat Indonesia.
“Pendekatan represif ini merugikan mahasiswa, khususnya yang ditahan. Para mahasiswa harus melanjutkan pendidikannya. Kalau ada penyidikan jangan dimolorkan, tapi dipercepat karena mereka itu para aktivis yang cerdas, pasti bisa menjawab dengan waktu singkat sehingga penyidikan bisa ditangani dan dia bisa keluar,” ucapnya.
Gunarto menilai ada pemicu para pengunjuk rasa hingga melakukan kericuhan, ditambah tembakan gas air mata dan peluru karet yang mengenai massa aksi.
Editor: Donald Karouw